Slideshow top

 photo 1_zps7bfahdyb.jpg" />  photo 2_zpswpp3okmd.jpg" />  photo 3_zpsbhekwfc5.jpg" />  photo 5_zpsdqndj1kt.jpg" />

Saturday, November 14, 2015

Cerita Seks Dewasa Dengan Tetanggaku Yang Lagi Hamil

Aku adalah seorang eksekutif muda yang baru diangkat menjadi manajer di sebuah perusahaan swasta di Surabaya. Sebut saja namaku Aldi, tinggi 175 cm kata orang aku mirip pemain bulu tangkis Ricky S. Kisah ini terjadi hampir setahun yang lalu. Umurku saat itu 30 tahun. Aku sudah pernah ngentot istri orang yang beristri dan beranak 2, berumur 3 tahun dan yang bungsu baru 1 bulan. Isteri dan anakku masih tinggal di Malang karena saat melahirkan anak kedua tinggal di rumah orang tuanya dan belum pulang ke Surabaya. Kisah ini terjadi saat pulang dari kerja lembur sekitar pukul 11:00 malam.

Agen Domino Online Indonesia Terpercaya - Dengan mobil Baleno kesayanganku, aku menyusuri Jalan di kawasan perumahan elit yang mulai sepi karena kebetulan hujan gerimis. 

Ditengah perjalanan aku melihat perempuan setengah baya berdiri di bawah pohon di pinggir jalan. Aku merasa kasihan lalu aku menghentikan mobil dan menghampirinya. Aku bertanya, “Ibu sedang menunggu apa?” Dia memandangku agak curiga tapi kemudian tersenyum. Dalam hati aku memuji, Manis juga ibu ini walaupun umurnya kelihatannya di atasku sekitar 34 -36 tahun kalau digambarkan seperti artis Misye Arsita dan saat itu perutnya agak membuncit kecil kelihatan sedang hamil muda. “Kalau ke manukan naik angkot apa ya Dik?” “Wah jam segini sudah habis Bu angkotnya, Gimana kalo saya antar?” Dia kelihatan gembira. “Apa tidak merepotkan?” “Kebetulan rumah saya juga satu arah dari sini, mari naik!” Setelah dia ikut mobilku, Ibu itu bercerita bahwa dia berasal dari Jawa Tengah, dia sedang mencari suaminya yang kebetulan baru 2 minggu kerja sebagai sopir bis jurusan Semarang-Surabaya, keperluannya ke sini hendak mengabarkan kalau anaknya yang pertama yang berumur 15 tahun kecelakaan dan dirawat di rumah sakit sehingga butuh uang untuk perawatan anaknya.



Kebetulan alamat yang di tulis oleh suaminya tidak ada nomer teleponnya. Sesampainya di alamat yang dituju kami berhenti. Setelah di depan rumah ketika akan mengetuk pintu ternyata pintunya masih digembok, lalu kami bertanya pada tetangga sebelah yang kebetulan satu profesi. “Suami Ibu paling cepat 2 hari lagi pulangnya. Baru saja sore tadi bisnya berangkat ke Semarang. Kebetulan kami satu PO.” Kemudian kami permisi pergi. Kelihatan di dalam mobil dia sedih sekali. “Terus sekarang Ibu mau ke mana?” tanyaku. “Sebenarnya saya pengin pulang tapi.. pasti saya nanti di marahi mertua saya kalau pulang dengan tangan kosong, lagian uang saya juga sudah nggak cukup untuk pulang.” “Begini saja, Ibu kan rumahnya jauh, capek kan baru nyampek trus pulang lagi.. apalagi kelihatanya ibu sedang hamil, berapa bulan?” “Empat bulan ini Dik, trus saya harus gimana?” “Dalam dua hari ini Ibu tinggal saja di rumah saya, kan nggak jauh dari manukan nanti setelah dua hari ibu saya antar ke sini lagi, gimana?” “Yah terserah adik saja yang penting saya bisa istirahat malam ini.” “Oh ya, boleh kenalan.. nama Ibu siapa dan usianya sekarang berapa?” “Panggil saja aku Mbak Menik, dan sekarang aku 35 tahun.” Malam itu, dia kusuruh tidur di kamar samping yang biasanya dipakai untuk kamar tamu yang mau menginap.

Rumahku terdiri dari 3 kamar, kamar depan kupakai sendiri dan isteriku, sedang yang belakang untuk anakku yang pertama. Malam itu aku tidur nyenyak sekali, kebetulan malam sabtu dan di kantorku hanya berlaku 5 hari kerja jadi sabtu dan minggu aku libur. Sebenarnya aku ingin pergi ke Malang tapi karena ada tamu, kutangguhkan kepergianku minggu depan. Sekitar jam 8 pagi aku bangun, kulihat sudah ada kopi yang sudah agak dingin di meja makan serta beberapa kue di piring. Mungkinkah ibu itu yang menyajikan semua ini. Lalu setelah kuteguk kopi itu aku bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka dan kencing.

Karena agak ngantuk aku kurang mengawasi apa yang terjadi, saat aku selesai kencing aku tidak sadar kalau di bathup Mbak Menik sedang telanjang dan berendam di dalamnya. Matanya melotot melihat kemaluanku yang menjulur bebas, ketika aku membalik ke samping aku kaget dan sempat tertegun melihat tubuh telanjang Mbak Menik, tubuh yang kuning langsat dan mulus itu terlihat mengkilat karena basah oleh air dan buah dadanya.. wow besar juga ternyata, 36B. Pasti empunya gila seks. Lalu mataku berpindah ke sekitar pusarnya, di atas liang senggamanya tumbuh bulu kemaluannya yang lebat. Tak sadar kemaluanku tegak berdiri dan aku lupa kalau belum mengancingkan celana, Dan Mbak Menik sempat tertegun melihat kejantananku yang lumayan besar, panjangnya 17 cm tapi kemudian.. “Aouuww, Dik itunyaa!” kata Mbak Menik sambil menutup buah dadanya dengan tangan serta mengapitkan kakinya.

Aku baru sadar lalu buru-buru keluar. Di kamar aku masih membayangkan keindahan tubuh Mbak Menik. Andai saja aku bisa menikmati tubuh itu… aku malah berpikiran ngeres karena memang sudah lama aku tidak mendapat jatah dari isteriku, ditambah lagi situasi di rumah itu hanya kami berdua. Lalu timbul niat isengku untuk mengintip lagi ke kamar mandi, ternyata dia sudah keluar lalu kucari ke kamarnya. Saat di depan pintu samar-samar aku mendengar ada suara rintihan dari dalam kamar samping, kebetulan nako jendela kamar itu terbuka lalu kusibakkan tirainya perlahan-lahan. Sungguh pemandangan yang amat syur. Kulihat Mbak Menik sedang masturbasi, kelihatan sambil berbaring di ranjang dia masih telanjang bulat, kakinya dikangkangkan lebar, tangan kirinya meremas liang kewanitaannya sambil jarinya dimasukkan ke dalam lubang senggamanya, sedang tangan kanannya meremas buah dadanya bergantian.



Sesekali pantatnya diangkat tinggi sambil mulutnya mendesis seperti orang kepedasan, wajahnya kelihatan memerah dengan mata terpejam. “Ouuuhh… Hhhmm… Ssstt…” Aku semakin penasaran ingin melihat dari dekat, lalu kubuka pintu kamarnya pelan- pelan tanpa suara aku berjingkat masuk. Aku semakin tertegun melihat pemandangan yang merangsang birahi itu. Samar- samar kudengar dia menyebut namaku, “Ouhhh Aldiii.. Sss Ahhh..” Ternyata dia sedang membayangkan bersetubuh denganku, kebetulan sekali rasanya aku sudah tidak tahan lagi ingin segera menikmati tubuhnya yang mulus walau perutnya agak membuncit, justru menambah nafsuku. Lalu pelan-pelan kulepaskan pakaianku satu-persatu hingga aku telanjang bulat.

Batang kemaluanku sudah sangat tegang, kemudian tanpa suara aku menghampiri Mbak Menik, kuikuti gerakan tangannya meremasi buah dadanya. Dia tersentak kaget lalu menarik selimut dan menutupi tubuhnya. \ “Sedang apa Anda di sini!, tolong keluar!” katanya agak gugup. “Mbak nggak usah panik.. kita sama-sama butuh.. sama-sama kesepian, kenapa tidak kita salurkan bersama,” kataku merajuk sambil terus berusaha mendekatinya tapi dia terus menghindar. “Ingat Dik, saya sudah bersuami dan beranak tiga,” Dia terus menghiba. “Mbak, saya juga sudah beristri dan punya anak, tapi kalau sekarang terus terang saya sangat terpesona oleh Mbak.. Nggak ada orang lain di sini.. cuma kita berdua.. pasti nggak ada yang tahu.. Ayolah saya akan memuaskan Mbak, saya janji nggak akan menyakiti Mbak, kita lakukan atas dasar suka sama suka dan sama-sama butuh, mari Mbak!” “Tapi saya sekarang sedang hamil, Dik.. kumohon jangan,” pintanya terus. Aku hanya tersenyum, “Saya dengar tadi samar-samar Mbak menyebut namaku, berarti Mbak juga inginkan aku.. jujur saja.

” Dan aku berhasil menyambar selimutnya, lalu dengan cepat kutarik dia dan kujatuhkan di atas ranjang dan secepat kilat kutubruk tubuhnya, dan wajahnya kuhujani ciuman tapi dia terus meronta sambil berusaha mengelak dari ciumanku. Segera tanganku beroperasi di dadanya. Buah dadanya yang lumayan besar itu jadi garapan tanganku yang mulai nakal. “Ouughh jangaan Diik.. Kumohon lepaskaan..” rintihnya. Tanganku yang lain menjalari daerah kewanitaannya, bulu- bulu lebatnya telah kulewati dan tanganku akhirnya sampai di liang senggamanya, terasa sudah basah. Lalu kugesek-gesek klirotisnya dan kurojok-rojok dinding kemaluannya, terasa hangat dan lembab penuh dengan cairan mani. “Uhhh… ssss..” Akhirnya dia mulai pasrah tanpa perlawanan.

Nafasnya mulai tersengal- sengal. “Yaahhh… Ohhh… Jangaaann Diik, Jangan lepaskan, terusss…” Gerakan Mbak Menik semakin liar, dia mulai membalas ciumanku bibirku dan bibirnya saling berpagutan. Aku senang, kini dia mulai menikmati permainan ini. Tangannya meluncur ke bawah dan berusaha menggapai laras panjangku, kubiarkan tangannya menggenggamnya dan mengocoknya. Aku semakin beringas lalu kusedot puting susunya dan sesekali menjilati buah dadanya yang masih kencang walaupun sudah menyusui tiga anaknya. “Yahh… teruuuss, enaakkk…” katanya sambil menggelinjang. Kemudian aku bangun, kulebarkan kakinya dan kutekuk ke atas. Aku semakin bernafsu melihat liang kewanitaannya yang merah mengkilat. Dengan rakus kujilati bibir kewanitaan Mbak Menik. “Aaahh.. Ohhh.. enaakkk Diik.. Yaakh.. teruusss..” Kemudian lidahku kujulurkan ke dalam dan kutelan habis cairan maninya. Sekitar bulu kemaluannya juga tak luput dari daerah jamahan lidahku maka kini kelihatan rapi seperti habis disisir. Klirotisnya tampak merah merekah, menambah gairahku untuk menggagahinya. “Sudaahhh Dikk.. sekarang.. ayolah sekarang.. masukkan.. aku sudah nggak tahan..” pinta Mbak Menik. Tanpa buang waktu lagi kukangkangkan kedua kakinya sehingga liang kewanitaannya kelihatan terbuka.



Kemudian kuarahkan batang kejantananku ke lubang senggamanya dan agak sempit rupanya atau mungkin karena diameter kemaluanku yang terlalu lebar. “Pelan-pelan Dik, punya kamu besar sekali.. ahhh…” Dia menjerit saat kumasukkan seluruh batang kemaluanku hingga aku merasakan mentok sampai dasar rahimnya. Lalu kutarik dan kumasukkan lagi, lama-lama kupompa semakin cepat. “Oughhh.. Ahhh.. Ahhh.. Ahhh..” Mbak Menik mengerang tak beraturan, tangannya menarik kain sprei, tampaknya dia menikmati betul permainanku. Bibirnya tampak meracau dan merintih, aku semakin bernafsu, dimataku dia saat itu adalah wanita yang haus dan minta dipuaskan, tanpa berpikir aku sedang meniduri istri orang apalagi dia sedang hamil. “Ouuhh Diik.. Mbak mau kelu.. aaahhh…” Dia menjerit sambil tangannya mendekap erat punggungku. Kurasakan, “Seerrr… serrr..” ada cairan hangat yang membasahi kejantananku yang sedang tertanam di dalam kemaluannya. Dia mengalami orgasme yang pertama. Aku kemudian menarik lepas batang kejantananku dari kemaluannya. Aku belum mendapat orgasme. Kemudian aku memintanya untuk doggy style. Dia kemudian menungging, kakinya dilebarkan. Perlahan-lahan kumasukkan lagi batang kebanggaanku dan, “Sleeep..” batang itu mulai masuk hingga seluruhnya amblas lalu kugenjot maju mundur. Mbak Menik menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan batang kejantananku. “Gimaa.. Mbaak, enak kan?” kataku sambil mempercepat gerakanku. “Yahhh.. ennakk.. Dik punyaa kamu enak banget.. Aahhh.. Aaah.. Uuuhh.. Aaahh.. ehhh..” Dia semakin bergoyang liar seperti orang kesurupan.

Tanganku menggapai buah dadanya yang menggantung indah dan bergoyang bersamaan dengan perutnya yang membuncit. Buah dada itu kuremas-remas serta kupilin putingnya. Akhirnya Aku merasa sampai ke klimaks, dan ternyata dia juga mendapatkan orgasme lagi. “Creeett.. croottt.. serrr..” spermaku menyemprot di dalam rahimnya bersamaan dengan maninya yang keluar lagi. Kemudian kami ambruk bersamaan di ranjang. Aku berbaring, di sebelah kulihat Mbak Menik dengan wajah penuh keringat tersenyum puas kepadaku. “Terima kasih Dik, saya sangat puas dengan permainanmu,” katanya. “Mbak, setelah istirahat bolehkah saya minta lagi?” tanyaku. “Sebenarnya saya juga masih pengin, tapi kita sarapan dulu kemudian kita lanjutkan lagi.” Akhirnya selama 2 hari sabtu dan minggu aku tidak keluar rumah, menikmati tubuh montok Mbak Menik yang sedang hamil 4 bulan. Berbagai gaya kupraktekkan dengannya dan kulakukan di kamar mandi, di dapur dan di meja makan bahkan sempat di halaman belakang karena rumahku dikelilingi tembok. Di tanah kubentangkan tikar dan kugumuli dia sepuasnya. Pada istriku kutelepon kalau aku ada tugas luar kota selama 2 hari, pulangnya hari Senin. Mbak Menik bilang selama 2 hari itu dia betul-betul merasakan seks yang sesungguhnya tidak seperti saat dia bersetubuh dengan suaminya yang asal tubruk lalu KO. Dan Dia berjanji kalau sedang mengunjungi suaminya, dia akan menyempatkan meneleponku untuk minta jatah dariku.

Minggu malam kuantarkan dia ke kost suaminya tapi hanya sampai ujung gang dan tidak lupa kuberi dia uang sebesar Rp 500.000,- sebagai bantuanku pada anaknya yang sedang di rumah sakit. Setelah istriku balik ke rumah, dia menghubungiku lewat telepon di kantor dan ketemu di terminal. Kami melakukan persetubuhan disalah satu hotel murah di Surabaya atau kadang di Pantai Kenjeran kalau malam hari. Hingga kehamilannya menginjak usia 7 bulan kami berhenti, hingga sekarang dia belum memberi kabar, kalau dihitung anaknya sudah lahir dan berusia 6 bulan.

MahkotaQQ.com | Agen Domino Online Indonesia Terpercaya

Bonus deposit 100% untuk Member baru dengan maksimal bonus Rp.30.000, ( Claim hanya 1x ) hanya dengan syarat yang sangat mudah yaitu TurnOver sebesar Rp.100.000 langsung bisa melakukan Withdraw
Buruan daftarkan diri anda >> Daftar <<

Cerita Seks Gadis Cantik Vs Tukang Becak

Satu hari dapat kulewati, dua hari, tiga hari, empat hari, lima hari, enam hari, tujuh hari berhasil kuredam gairah ini, kepalaku sering terasa pening dengan detak jantung yang tidak beraturan, aku juga terus menolak keinginan Mang Nurdin namun mang

Nurdin seakan tidak pernah merasa lelah dan bosan untuk mengajakku kembali menikmati sebuah sensasi kemesuman, hampir setiap hari ia membisikiku dengan kata-kata cabul dan menatapku dengan tatapan mesumnya, dikala sepi ia sering sengaja mengeluarkan batang kemaluannya dari kejauhan dan mengacungkan-ngacungkan batangnya kearahku, ia terus mengincarku dan mencari-cari kesempatan.



Seperti yang terjadi hari Sabtu itu, di sebuah tempat yang sepi, sebuah becak sengaja mencegatku hingga aku terpojok, aku menelan ludah. Dari atas sadel becaknya mang Nurdin mengeluarkan sesuatu, benda itu seharusnya tidak boleh terlihat di tempat terbuka yang sangat riskan bagiku dan dirinya, ahhh, benda itu begitu besar dan panjang, jantungku berdetak kencang sambil menatap batangan di selangkangan Mang Nurdin.

Agen Domino Online Indonesia Terpercaya - “Mang Nurdin, apa-apaan sihh…!!, nanti ada yang liatt…!!” “tolong mamang Non, rasanya kepala Mang Nurdin sudah mau pecah…, Kepala ini rasanya pusing sekali.

Nonn…,silahkan naik Non…, silahkan…” “ayo Naik Nonn….” Karena aku tetap terdiam, Ia turun dari atas sadel becak dan memaksaku untuk naik ke atas becaknya dan mengantarku pulang. Di dalam becak aku termenung, aku sering mengalami gejala yang sama dengan Mang Nurdin, kepala pusing seperti mau pecah, gelisah, resah, seolah-olah ingin berteriak keras-keras untuk melepaskan semua beban berat yang menggunung didadaku, becak mang Nurdin melaju dengan cepat kemudian berhenti di depan rumahku.

“turun Non.. “ “tapi mang…, “ “tolong nonnn, sekali ini sajaaa, mamang benar-benar sudah nggak tahan..” Mang Nurdin memohon kepadaku dengan tatapan mata yang memelas,aku menundukkan wajahku dalam-dalam, setelah merantai roda belakang becaknya pada pagar rumahku ia mengekoriku dari belakang hingga masuk ke dalam rumah dan mendorongku hingga terjengkang di atas kursi sofa panjang di ruangan tamu.

Ohhhh….ia memelorotkan celana boxer dan celana dalamnya sekaligus, dengan santai Mang Nurdin memperlihatkan batangnya untukku, ia bahkan menawarkan untuk menyentuh benda itu kepadaku yang sedang menatap batang miliknya. “mau megang non ??” “ehh.., nggak usah mang…, “ “ayooo, pegang.., nihhh titit Mang Nurdin buat Non Feby…” “seremm mang..” “lho.., koq serem ?? “ “yaaa…,abis gede mang…takut megangnya… “ “yeee.., justru yang gede-gede yang mantap…ayoo dipegang…” Akhirnya dengan memberanikan diri kuulurkan tangan kananku untuk menyentuh batang panjang di selangkangan Mang Nurdin.

Nafasku semakin memburu saat telapak tanganku mengelus-ngelus batang kemaluan miliknya yang hangat berkedutan seperti hidup. “dikocok nonnn… “ “glukk.. glukk ceglukkk…” Beberapa kali aku menelan ludah, kuberanikan diriku untuk menggenggam batangnya, sangking besarnya, telapak tanganku tidak sanggup untuk menggenggam penuh batang besar itu, kuremas dan kutekan batangnya ke bawah kemudian kutarik batang mang Nurdin ke atas kemudian kutekan lagi, begitulah gerakan tanganku yang semakin lancar mengocok-ngocok batang kemaluan Mang Nurdin.
Aroma khas itu semakin kuat tercium oleh hidungku, kuhirup dalam-dalam nafasku aroma itu. Anehh…rasa pusingku di kepalaku hilang, apakah mang Nurdin mengalami hal yang sama, terbebas dari rasa pusingnya. “Masih pusing mang ??” “Enggak…, kepala Mang Nurdin sudah agak baikan.., “ Mang Nurdin duduk bersandar dengan santai, kedua kakinya mengangkang lebar, posisiku bersujud disamping paha kanannya, tangan kananku mengusap-ngusap lututnya kemudian merayapi paha Mang Nurdin, kutatap dua buah zakarnya, ujung jariku menyentuh buah sebelah kiri, dengan menggunakan jari telunjuk dan jempol aku mencoba mencapit bola itu, ada sesuatu yang keras seperti biji salak.



“Auhhh…” “e-eh.., sakit ya mang ??“ Aku buru-buru melepaskan capitanku,rupanya aku terlalu keras mencapit bijinya. “ngilu Feby Sayanggg…” aku hanya tersenyum sambil mengelus kepala kemaluannya, kugenggam dan kukocok-kocok batang kemaluan Mang Nurdin dengan agak kuat, ada lelehan cairan berwarna putih bening yang meleleh dari mulut penisnya, ia menarik dan menekankan kepalaku kearah batang yang mengacung itu. “dukkk.. dukkk dukkkk.. dukkkk…!!” Detakan jantungku semakin menghebat rasanya seperti ada yang menggedor-gedor dadaku dari dalam, aku memejamkan kedua mataku dan membuka mulutku untuk menelan sosis besar yang terasa asin itu.

Kututupkan mulutku saat benda itu sudah di dalam, bibirku gemetar saat menjepit batang Mang Nurdin. Untuk beberapa saat aku hanya terdiam dengan sebatang penis besar yang tertancap di dalam mulutku, kurang lebih 5 menit kemudian kugunakan ujung lidahku untuk menoel-noel mulut penis Mang Nurdin. Ada sebuah sensasi tersendiri saat aku mendengar suara desahan dan erangan Mang Nurdin, aku semakin sering menoel mulut penisnya. “emmmhh.

Nyemmmmhhh.. .. mmmhhhh…” Kuhisap-hisap batang mang Nurdin, lidahku semakin berani bergerak memutari kepala penisnya yang berendam di dalam mulutku. Aroma khas itu semakin mengasikkan untukku, bau alat kelamin mang Nurdin membuatku semakin lupa diri, melupakan siapa aku, siapa dia, pokoknya melupakan segalanya. “hisappp terusss, yang kuat…arrrk..Febyyyyy…” Aku tidak mempedulikan saat ia menjambak rambutku, yang ada hanyalah nafsu untuk menghisap-hisap batang besar itu, kuhisap kuat-kuat hingga Mang Nurdin mengerang keenakan. Benda besar itu berkedutan di dalam mulutku,aihh..?? apa ini rasanya ada cairan panas yang mirip dengan jus lidah buaya mengisi rongga mulutku, entah kenapa batang besar itu mengkerut dan terkulai lemah. “uhukk.. uhuekkkk…., uhukkkkk…, uhukkk, huekkk…” Aku terbatuk sambil memuntahkan cairan sperma Mang Nurdin, ia tersenyum lebar sambil meremas payudaraku sebelah kanan dan meraih tubuhku untuk duduk di atas pangkuannya dalam posisi saling berhadapan.

Jarinya menyeka lelehan sperma di bibir dan daguku, cairan sperma yang bau dan kental itu menempel di jari telunjuknya. “duh nonn, sampe belepotan gini…, nih ammm…” Aku menarik kepalaku ke belakang saat jarinya yang berlendir mengejar mulutku. Kugelengkan kepalaku sambil kembali terbatuk dan berdehem, ia ingin agar aku menjilati sisa sperma yang menempel di jari telunjuknya. “nggak mau ah, eneg” “bukan eneg, Non Feby belum biasa aja nelen peju mamang, tar kalau sudah biasa juga malah ketagihan loh…,” “idih.. boro-boro ketagihan.., jijik…” Aku cemberut, sedangkan ia terkekeh sambil menarik kaos T-shirt berwarna coklat muda yang kukenakan hingga terlolos melalui pergelangan tanganku.

Tangannya melingkar kebelakang dan melepaskan pengait bra yang kukenakan, perlahan-lahan ia menarik lepas bra yang kukenakan, matanya menatap sayu pada buntalan payudaraku yang sekal padat. “berapa sih seliternya non ?? “ “apaan ?? “ aku masih belum menangkap maksud pertanyaannya. “ini nih , susunya “ ia cengengesan meremas payudaraku.

“Emang susu sapi…, nihhh..” Kucubit dada Mang Nurdin, untuk memberinya pelajaran. “aaa-aaa…, yee , nyubit…, tar mamang gigit susunya loh..” “aww.., jangann mangg, JANGAN..!! aaa….” Tanganku menahan kepalanya, ia tertawa saat aku menjewer kupingnya. “mang, jangan main gigit-gigitan atuh, gimana sih…, kan sakit.., gimana sih mang Nurdin, ngak kira-kira….dll. dsb dst” “ooopppp… oppppp….” Ia meletakkan jari telunjuknya dibibirku. “buset non .., panjang amat ngomelnya kaya kereta api…” Dengan gemas ia memangut bibirku, aku masih diam karena agak kesal, ia kembali memangut bibirku.



Aku masih juga diam, aku menepiskan tangannya yang meremas induk payudaraku, matanya yang mesum bertatapan dengan mataku sebelum akhirnya bibir mang Nurdin kembali hinggap di bibirku. Aku mulai membalas pangutannya, kudesakkan batang lidahku kedalam mulutnya, ia menghisapi batang lidahku, menyenangkan sekali rasanya saat ia menghisapi lidahku dengan rakus. Aku menarik lidahku dengan emutannya, mulut Mang Nurdin langsung mengejar dan mengulum bibirku, kedua tangannya meremas-remas induk payudaraku yang semakin membuntal, ciumannya merambat menjelajahi rahang, dagu, leher, pundak dan bahuku. “aahh.ahhh mangg Nurdhinnnnn.. nnnhhhhhh…” aku merengek keenakan saat ujung lidahnya menjilat puting susuku, ada rasa basah dan rasa hangat yang terasa saat batang lidahnya membasuh puncak payudaraku Aku melenguh pelan, mulutnya mencucup puncak payudaraku dan mengenyot-ngenyot dengan lembut, tangan kiriku memegangi belakang kepala mang Nurdin sementara tangan kananku mengusap-ngusap kepalanya. Bibirku mendesah dan merintih-rintih kecil menikmati hisapan-hisapan mulutnya pada puncak payudaraku.

Lumayan lama ia menyusu bergantian di kedua payudaraku, kubiarkan ia mengenyoti susuku sepuas-puasnya. “nahhh…, sekarang Feby duduk di sini ya…” Aku didudukkannya di atas sofa sedangkan ia berlutut di hadapanku, tangannya menarik turun dan meloloskan celana jeans berwarna biru yang kukenakan. Tinggallah celana dalam berwarna pink yang melekat menutupi bagian terintim dari tubuhku. “Feby sayanggg, mang Nurdin liat memeknya ya….” “jangan mang.., nggak boleh…” aku menolak keinginannya. “ngintip dikit ajaaa.. yaa….” “enggak ahh, enggak…” “Cuma liatt.., nggak akan diapa-apain koq…, boleh ya…” ia terus mendesakku dengan berbagai cara, akhirnya aku mengangguk. “tapi janji ya mang, cuma liat…, ngak boleh pegang-pegang…” aku memastikan lagi janjinya sebelum celana dalamku melorot. “iyaaa…, mang Nurdin janji…..”

Aku berusaha menahan kegelisahan saat tangan mang Nurdin merayapi permukaan celana dalamku. Kedua tangannya menarik celana dalamku, kupejamkan kedua mataku saat celana dalamku melorot turun melewati paha, lutut kemudian terjauh di ujung kakiku. “Anjinggg….!!” hanya makian kasar itulah yang keluar dari mulut Mang Nurdin, matanya membeliak memelototi kemolekan vaginaku Kutepiskan tangannya yang merambat naik hendak menjamah permukaan vaginaku, kedua tangan mang Nurdin mencekal pergelangan tanganku yang kiri dan yang kanan. “ee-ehh , MANGG, akhhh tadi.. aww kan tadi janjihh.. ouhhhhh…” Aku terpekik, terkejut setengah mati saat ia membenamkan wajahnya pada vaginaku.

Kecupan-kecupannya menjelajahi permukaan vaginaku yang berjembut tipis, aku menarik tanganku dan kutendang bahunya hingga mang Nurdin terjatuh ke belakang “MANG, tadikan mang Nurdin sudah janji ngak akan pegang-pegang…!!” aku sewot karena ia melanggar janjinya. “lhaaa ?? emang mang Nurdin megang-megang memeknya Non Feby..??” Aku terdiam sambil manyun, kata-kata mang Nurdin ada benarnya juga. “tapi manggg Auhh, j-jangannn.. awwww…” Mang Nurdin menyambar pergelangan kakiku kemudian merenggangkan kakiku. “sslllcckk ckk muah muahh, udah lama mamang pengen liat dan nyiumin memek Non Feby, siapa sangka hari ini impian mang Nurdin menjadi kenyataan, muahhh.., cupp cupp muahhh…!!” Tanganku berusaha mendorong kepalanya, kucakar wajahnya hingga pipinya luka tergores oleh kuku-ku. Mang Nurdin malah tertawa. Kedua kakiku melejang-lejang kuat berusaha untuk lepas dari cekalan tangannya.

Aku semakin panik dan menjerit keras saat mulutnya terbuka lebar dan mencapluk belahan vaginaku. “MANGGG…!! Auhhhhhhhhhhhh…….!!” Tubuhku tersentak oleh rasa kaget sekaligus rasa nikmat saat ia mengunyah vaginaku, rasanya tubuhku seperti dipanggang oleh rasa nikmat yang selalu kucari-cari dalam khayalan liarku. Entah kenapa tenagaku seperti menguap habis, kedua kakiku berhenti bergerak, punggungku jatuh ke belakang, kepalaku berbaring pada lengan kursi dan tubuhku terbujur dengan kedua kaki dikangkangkan olehnya. . “nnh nhhhh.!! Nnnnhhhh…, ohhh..?? !! manggg… “ Aku menatap kearah selangkanganku dengan malu kuhentikan rengekanku,rupanya sambil mengerogoti Vaginaku kedua mata mang Nurdin tak pernah lepas mengawasiku, ia semakin hebat menggerogoti vaginaku seakan sedang memaksaku untuk kembali merengek. Aku mencoba bertahan dan terus bertahan, ia menggeram dan memangut-mangut, mengecupi bukit mungil di selangkanganku dengan liar. “ahhhhhhh… nnhh nhhhh..! nnnhhhh… awww…!!” Berkali-kali mulut Mang Nurdin menghisap kuat-kuat vaginaku. '

Rasa nikmat membuatku terhanyut, tanpa kusadari aku kembali merengek dan mendesah kecil, kupalingkan wajahku ke arah lain. Aku tidak sanggup lagi beradu pandang dengan tatapan matanya yang mesum, bulu kudukku pun berdiri saat mang Nurdin melepaskan kaki kiriku, tangan kanannya kini berusaha menggapai gundukan payudaraku. “ohhhhhh.. aaaaa, ennnhh.. nnnnhhh…!!” Tubuhku menggelepar-gelepar disergap oleh rasa nikmat. Tangannnya mengusap-ngusap puncak payudaraku kemudian mencubit puting susuku yang runcing.

Batang lidahnya membasuh jembut tipisku hingga vaginaku terasa hangat dan basah oleh air liurnya. Aku merintih saat mulutnya kembali menangkup belahan vaginaku, ia mengenyot beberapa kali lalu mengunyah belahan vaginaku. Aku semakin tersiksa oleh gairahku yang membara, aku merintih seperti seorang gadis binal yang liar. “ahhhh..!! crrrutttt.. crutttt…” “srruphhh.., nyemmm srrupphhh he he he…srrupphhhh” Mang Nurdin menyeruput cairan vaginaku, di sela suara kekehannya aku dapat mendengar suara seruputan mulutnya. Kutarik nafasku dalam-dalam untuk mengatur detak jantungku yang tak beraturan, tubuhku menggelinjang. “wah Non.., nantangin banget posisinya , wahh…” “ohhhhh, Mangggggg….

” Mang Nurdin menangkap payudaraku kemudian ia meremas-remas induk payudaraku. Kupasrahkan tubuh mungilku untuk digerayangi oleh Mang Nurdin, tengah asik-asiknya ia mengelusi susu, pahaku dan meremas selangkanganku tiba-tiba kami berdua dikejutkan oleh suara seseorang yang membuka pintu pagar rumahku. Tanpa dikomando aku dan mang Nurdin memunguti pakaian kami yang berserakan di atas lantai kemudian berlari kearah anak tangga. “manggg…,cepat keatas mangg…, sembunyi di kamarku..!! aduhh, itu manggg..itu..bajunya ketinggal…” Dengan cepat ia memungut baju kaosnya yang tertinggal. Aku dan mang Nurdin semakin panik menaiki anak tangga saat mendengar suara langkah-langkah kaki mendekati pintu rumah dan seseorang memutar kuncinya. Cklekk…, aku buru-buru menutupkan pintu kamarku, kami berdua berusaha menenangkan diri, kusuruh mang Nurdin untuk bersembunyi di dalam lemari pakaian. Setelah mengenakan kaos Tshirt dan celana blue jeansku kembali, kurapikan rambutku yang acak-acakan dan kemudian aku turun ke bawah.

“ehhh…, Ci Debbie….., koq pulangnya lebih cepat sih ?? biasanya kalau hari sabtu jam 3.30an cici baru pulang he he he he” “iya nihhh…, sebel…, dosennya tadi ngak datang.., mana udah nungguin 1 jam lagi di kantin…, ehh iya , tadi ci ci beli es campur…,gimana ?? dingin ngak ??” Ci Debbie menempelkan kantung plastik di jidatku. Aku tertawa kemudian mengekorinya ke dapur. Ekor mataku melirik ke arah kursi tempat di mana kemesuman itu baru saja terjadi, hahhh?? apa itu?? waduhh gawat.!! celana dalam Mang Nurdin masih tertinggal. Aku lewat, pura – pura untuk membereskan meja dan Tukkkk…, ujung kakiku menendang celana dalam dekil itu hingga nyungsep ke bawah meja. “Febyyyy….” “iya Cii…, I’m cuming he he he he” “beli di mana sih cii…, enak…^_^” “di jalan xxxx…,baru buka kemarin lusa, kata orang es campurnya lebih enak dari yang dijalan xxxx.., makanya cici nyobain beli empat bungkus.., ehh ternyata bener , enak.., gimana ??” “iya ci lebih enak yang ini lagi, sruuuppphhh.. sruppphhhhh…” “kamu koq keringatan gitu sih??” “hemm ?? agak gerah cii…, cuaca hari ini kan panas menyengat…” “loh, di luar hujan gerimis koq…” “ahh, masaaaa ?? aku ngak tau cii, tadi aku baru bangun tidur… “ “ooo…gitu, srrrupphhh.. sruuppphhhh” Entah kenapa suara sruputan yang terdengar membuatku semakin gelisah.

Kukulum senyuman nakalku, kutepiskan segala pikiran kotor itu, dengan terburu-buru kuhabiskan semangkuk es campur yang tersaji diatas meja makan. Aku pura-pura menguap, untuk melepaskan beban nafsu yang tiba-tiba menggunung. “Hoammmm…, Cii…, aku ngantuk.., “ “Hah? nggak salah?? bukannya baru bangun tidur.. ??” “yaaa.., kan ujan ci, paling enak buat tidur he he he…” “iya juga sihhh.. emmmmhhh.., cici juga jadi ngantuk nih…” “sudah ciii.., sini sama Feby aja.., cicikan baru pulang , istirahat gih..” “duhhh.., adikku memang paling baikk muahhhh…, cici bobo dulu yach” Ci Debbie mencium pipiku kemudian ia masuk kekamarnya, setelah mencuci mangkuk.

Aku sedikit membuka pintu kamar ci Debbie, ciciku tertidur pulas dibalik bed cover, dengan berjingjit-jingjit aku menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamarku. Bang Nurdin “lagi ngapain mang?“ aku agak tersinggung melihat mang Nurdin tengah mengacak-acak lemariku. “ehhh.., ini Nonn, iniii… “ Aku tersenyum geli, celana dalamku membungkus batang penisnya. “ini nonn, celananya…, maaf , mamang nggak tahan tadi, ini.. eummm” Mang Nurdin mengembalikan celana dalamku ke dalam lemari pakaian. “nggak tahan?? apa yang nggak tahan mang??“ aku menggodanya, kukerlingkan ekor mataku untuk menggodanya.. “aduhhhh, Feby nakal amatttt…” “pssstttt…., bicaranya jangan keras-keras mang, ada Ci Debbie..” “Non Debbie lagi ngapain ?? “ “lagi bobo….” “wah sayang sekali..” Mang Nurdin mendesah kecewa. “Emang napa mang ?? “ “tadinya sih mau mang Nurdin ajakin threesome he he he..”

Ia tersenyum saat aku memasang tinjuku didepan wajahnya. Kaus T-shirt dan celana jeansku kembali terlepas akibat kenakalan tangan mang Nurdin. Dengan mudah mang Nurdin mengambil posisi 69 , tapi anehnya posisi itu dilakukan sambil berdiri. “aduh-duh manggg, jatuh nihh, jatuhhh…” “nggak akannn, kan ada mamang yang pegangin…, pegangan ke pinggul Mang Nurdin.. aja kalau Feby takut jatuh… he he he he…” Kulingkarkan tanganku membelit pinggang mang Nurdin, rasa takut membuat otakku buntu. Aku baru tersadar, wahh, dalam posisi 69 sambil berdiri, ini artinya vaginaku?? Ohhh.., akhhhh, perlahan dan mesra batang lidah mang Nurdin menjilat belahan vaginaku seperti tengah menjilat hidangan terlezat. “wahhh, asekk.asekk.. nyumm sllcckkk sllcckkk.. emmmm, nyott” “adu-duh mangggg…, udah mang, udah.. awww..” “jangan berisik, nanti Non Debbie bangun he he he,, nyummm.. mummmh” Aku menggigit bibir bawahku agar desahan dan rintihan itu tidak keluar dari mulutku.



Dalam posisi ini vaginaku menjadi bulan-bulanan mulut Mang Nurdin, kakiku melejang-lejang di atas kepala mang Nurdin karena rasa nikmat. Aku mendesah pelan agar suaraku tidak terdengar keluar kamar, batang lidahnya mengorek-ngorek belahan vaginaku kemudian mengulas-ngulas kerutan duburku. “manggg??”

Aku kaget saat ujung lidahnya menekan kerutan anusku. “Bukan cuma memek yang lezat , bool Non juga nikmat rasanya he he he..” “ahhhh.. hmmmpphhh…crrrr crrrrrrrrr” Dengan telapak tangan kututup mulutku saat vaginaku berdenyutan, pahaku menjepit kuat-kuat kepala mang Nurdin. Rasa nikmat mengguyur tubuhku seiring dengan butiran peluhku yang semakin banyak membanjir, kedua tangan ku terkulai terjuntai dengan lemas. Mulut Mang Nurdin menjilati belahan vaginaku dan menyeruputi cairan vaginaku.

Aku tambah kelojotan saat mulutnya mengemut bibir vaginaku, berkali-kali aku dibuatnya menggelepar menikmati puncak klimaks hingga tubuhku serasa lemas. “Blukkk…” tubuhku dijatuhkan oleh mang Nurdin keatas ranjang, aku bergulingan menjauhinya, cukup sudah kenikmatan ini kurasakan. Kupeluk gulingku kuat-kuat saat Mang Nurdin naik dan merangkak menghampiriku dengan kasar ia merengut guling yang sedang kupeluk. Aku hanya terdiam saat mulutnya mengejar payudaraku sebelah kiri, aku meringis tertahan, hisapan-hisapannya kini cenderung kasar, mulutnya mencapluk puncak susuku dan mengenyot-ngenyot dengan liar, tangannya menangkup vaginaku dan meremas-remas gundukan mungil selangkanganku..

“hsssshhh. Hssshhhhh…” aku mendesis, aku sudah puas, amat puas malah, namun tampaknya mang Nurdin masih belum puas menikmati tubuhku Kubiarkan ia menggeluti tubuhku yang sudah basah mandi keringat, keringat mang Nurdin bercampur dengan keringatku saat ia menaiki tubuhku dengan posisi wajahnya terbenam di antara belahan payudarakuku. Kurapatkan kedua kakiku rapat-rapat untuk mencegah hal-hal buruk yang kutakutkan. Aku takut oleh batangnya tapi aku juga semakin ingin menghisap benda hitam yang besar dan panjang itu, aku malu untuk mengatakannya, mana mungkin aku meminta langsung kepadanya, lumayan lama mang Nurdin menyusu sambil meremas-remas vaginaku. “kayanya Feby pengen ngisep titit mamang ya…” “ah ?? enggak koq mang…” aku berusaha menyembunyikan hasrat di dadaku, entah bagaimana caranya ia menangkap hasratku yang semakin menggebu-gebu.

“enggak mangg, ngak usah , e-ehhh…” Selangkangan Mang Nurdin naik ke wajahku, benda besar itu tergantung dengan indah di hadapan wajahku. “nggak usah bohonggg, mang Nurdin tahu koq, apa yang diinginkan oleh Febyy.., nih mamang kasih titit, tapi inget.., harus ditelen pejunya ya ??” “ha-ufffhhh , hmmm.. mmmm” Aku membuka mulutku saat mang Nurdin menjejalkan batang besar di selangkangannya. Aku meronta saat mang Nurdin menekankan batang hitamnya sedalam mungkin ke dalam mulutku, mataku membeliak dan pandangan mataku agak nanar. Ujung penis mang Nurdin tertanam masuk ke kerongkonganku, aku mencubit-cubit bokong mang Nurdin agar ia mencabut batang kemaluannya, semakin keras cubitanku semakin dalam pula mang Nurdin menanamkan benda besar itu ke dalam mulutku, sayup-sayup aku mendengarnya berkata.

“nahhh…, ini yang namanya deepthroat, Feby harus sering belajar supaya biasa..” Aku tidak dapat bernafas dengan sebatang penis yang menancap dikerongkonganku. “Ahaakkk…., uhukkk… uhukkk“ aku menggeleng-gelengkan kepala sambil terbatuk, kedua tanganku menggenggam batang penis mang Nurdin. Sesekali aku masih terbatuk dan berdehem kecil, kuremas batang miliknya sambil menghisap-hisap ujung benda itu yang bentuknya mirip kepala rudal, kuhisap kuat hingga benda itu memuncratkan cairan sperma didalam mulutku. Aku hendak memuntahkan cairan bau itu namun mang Nurdin melintangkan jari telunjuknya di depan bibirku, disertai sebuah ancaman. “telan…, atau nanti dideepthroat lagi sama mamang..” “glek.. glekk.. glekkk…” aku menelan sperma mang Nurdin, aroma sperma semakin menyengat saat aku berusaha menarik nafas, jari telunjuk dan ibu jari kanannya menekan kedua sisi pipiku , ia memaksa untuk membuka mulutku. “gitu dongg, nih sisanya abisin,he he” Tangan kanannya mengurut-ngurut ujung penisnya, lelehan pejunya yang tersisa masuk kebdalam mulutku, dan aku kembali menelan peju mang Nurdin.



“sudah mangggg…cukup…” aku merintih lirih saat ia membalikkan tubuhku. “iyaaa.., sudahhh…, mang Nurdin cuma mau mijitin aja koq, Feby pasti cape..” Ia menduduki bokongku, telapak tangannya bergerak mengurut lembut dari pinggang ke punggung, ahh, rasa pegalku sedikit terobati, aku menari nafasku dalam-dalam kemudian menghembuskannya dengan perlahan sesuai dengan instruksi Mang Nurdin. “enak ?? “ “emmm.., enak manggggg…, “ Jari jempolnya menusuk daerah antara pinggang dan gundukan pantatku, kemudian menekan dan memijit-mijit disekitar situ dengan teratur, kedua mataku terpejam-pejam menikmati pijatan – pijatan Mang Nurdin yang merambat mulai dari bokong, pinggang, punggul, lengan, kaki dan merambat naik kembali ke atas ke arah punggung, rasa pegalku yang menyiksa tubuhku terusir oleh pijatannya. “He he he.., Mangggg….

” aku terkekeh saat sambil memijat bibir mang Nurdin menggeluti tengkukku Aku merasa nyaman ketika mang Nurdin menindihku dari belakang, entah kenapa aku merasakan rasa aman berada di bawah tindihan tubuhnya yang tinggi besar. Kata-kata kotor dan mesum dibisikkan di telingaku. Kedua tangannya mencari dan menangkap sepasang payudaraku, aku memejamkan mataku menikmati remasan-remasan lembut mang Nurdin. Kami berdua tertidur kelelahan, hari itu terasa begitu indah, hari pertamaku berbugil ria bersama mang Nurdin, polos tanpa selembar benangpun yang menempel di tubuhku dan tubuhnya yang tinggi besar. Aku membalikkan tubuhku dan membalas pelukan mang Nurdin, aku tertidur di bawah tindihan tubuhnya.

Aku gelagapan saat HPku berbunyi dengan nyaring, kugeliatkan tubuhku dibalik bed cover, hatiku terasa hangat, sehangat tubuhku ?? ehh.., astaga ada orang yang menindihku, ahhh, gila…,rupanya Mang Nurdin masih menindihku, kutepuk-tepuk pipinya, sambil berbisik keras. “mangg , BANGUNG MANGG…” “euhhh…, emmmhhh..hoaaammm. MMMFFHHH….” “pssstttt. Mangggg…, jangan keras-keras nguapnya…” Kututup mulutnya dengan tanganku, ia menepiskan tanganku kemudian melumat bibirku, sementara tanganku yang satu mulai menggapai-gapai berusaha meraih HPku di atas sebuah meja kecil di samping tempat tidur. Mang Nurdin melepaskan bibirku agar aku dapat menerima telepon. “Hallooo…” “Hi…Feb, lagi ngapain niyy…” “lagi belajar….” “hahh ? ngak salah…?? Shanti terkejut mendengar jawabanku. “ha ha ha…“ aku hanya tertawa.

“ada apa nih Shan, jadi curiga he he he..” Shanti tertawa lepas kemudian menjawab pertanyaanku. “gini Febb…, besok aku sama Airin main ke rumahmu ya…” “mo ngapain ??” “biasa, pinjem internet, he he he he” Aku tersenyum, sambil mendorong kepala mang Nurdin dari dadaku. “yawdahh, jangan lupa ya.., bawa cemilan…” “oceh, siap bossss, si u…thaa” “tha..” Aku buru-buru menutup Hpku. “manggg, Geli tauuuu….” Tangan mang Nurdin menekan Kedua tanganku ke atas kepala, bibirnya mencumbui lekukan ketiakku, menjilat, memangut dan melumatinya. Aku mendesah dan merintih saat batang lidahnya menari menggelitiki ketiakku. “duhhh Feby manisss, mang Nurdin ngaceng lagi nihhh…” “mang , ini sudah malammm…” “justru itu.., tanggung…, mang Nurdin mau sekalian nginep aja ya..

” “TOKK.. TOKKK.. TOKKKK… Febyyy, bangun sayanggg, makan malam dulu..” “iyaaa mahhhh, sebentar aku turunn…” Dengan wajah ketakutan mang Nurdin merayap dan bersembunyi ke kolong ranjang, setelah mengenakan pakaian. Aku merapikan rambutku dan menyemprotkan sedikit perfume di bajuku. Aku menahan tawa sambil menutupkan pintu kamarku, entah kenapa geli sekali rasanya melihat mang Nurdin yang menatapku dengan tatapan hornynya dari kolong tempat tidurku Aku turun kebawah menuju ke ruang makan, Papa, mama dan ciciku sudah menungguku, diselingi canda tawa, kami sekeluarga menghabiskan makan malam, obrolanpun berlanjut hingga jam 11.30 malam, jam 11.45, mama mengingatkan kami untuk tidur karena sudah terlalu malam.

Aku membawa roti isi keju kedalam kamar, tak lupa kubawa sebotol minuman dingin dari dalam lemari es, dengan lahap mang Nurdin menyantap roti yang kubawa untuknya, glukk. Glukk glukk glukkk, ia menghabiskan sebotol pulpy orangeku. “masih lapar mang ?? “ “sudah cukupp, kenyang…” “mang , Feby mau tidurrr., ngantuk nihhh…” “sebentarrr…, temani mang Nurdin dulu ya…” Mang Nurdin melucuti pakaianku dan kembali menindih tubuhku yang bugil, dengan malas akibat mengantuk aku membalas lumatan-lumatan bibirnya Aku mendesakkan payudaraku ke atas saat ia melakukan hisapan-hisapannya pada puncak payudaraku. Gairahku kembali bergejolak, tangan kiriku mengelus-ngelus belakang kepala mang Nurdin yang tengah asik menyusu di buah dadaku yang sekal ranum sementara tangan kananku memeluk lehernya. “ohhhh… mangggg, enakkkk….” aku mendesah sambil membenamkan ke-10 jari kuku-ku pada punggungnya “mamang numpang nyelipin kontol dikit ya…” “tapi jangan dimasukin mang…” “tenang aja.., mang Nurdin janji…” “nggak ..bolehh..!!, harus sumpah dulu….!!” “iya mang Nurdin sumpah, hari ini cuma nyelip dikit dan nyolok bool, besok lusa masukin dikit..ke memek, setelah itu baru mamang ngentotin Feby he he he he” “idihh.., mang Nurdin jorok…” “nah sekarang, sekarang Non ngangkang…,dikit lagi, yang lebar.. nahhh” Aku membuka kedua kakiku mengangkang, aku terperanjat sambil mendorong pinggul mang Nurdin saat merasakan desakan batang penisnya.

Ia hanya tersenyum berusaha untuk memberikan rasa tenang untukku sambil merenggangkan kedua kakiku. Kepala penisnya kembali berusaha berendam dalam cepitan bibir vaginaku, lumayan lama ia berkutat dengan batang besarnya, ada rasa geli saat kepala penisnya mengulek-ngulek bibir vaginaku. “ohhhhh…… “ Dengan spontan kedua kakiku menjepit pinggang ...

#######################

Jam 02.00 siang..

“Feb, koq berdiri mulu sih…?? duduk napa ??” Shanti bertanya dengan suara tak jelas, mulutnya penuh dengan pizza.

“ah.., ngak usah…, aku sambil berdiri aja…, nyamm..” aku menggigit pizza ditanganku.

“agak anek kalo makan sambil berdiri.., kaya kuda…, sini duduk..” Airin menggeser duduknya memberikan ruang untukku.

“kebanyakan duduk.., pegel…” aku mencari-cari alasan,

kupaksakan memasang senyum sambil menahan rasa sakit yang kembali menyengat dianusku, percakapan mulai memanas saat menyempret gambar-gambar panas didunia maya, aku memakai kaus sweater abu muda dengan kerah tinggi untuk menutupi bekas cupangan dileherku.

MahkotaQQ.com | Agen Domino Online Indonesia Terpercaya

Bonus deposit 100% untuk Member baru dengan maksimal bonus Rp.30.000, ( Claim hanya 1x ) hanya dengan syarat yang sangat mudah yaitu TurnOver sebesar Rp.100.000 langsung bisa melakukan Withdraw
Buruan daftarkan diri anda >> Daftar <<

Pil Perangsang Jebol Vagina Ingrid

Cerita dewasa-Ibuku adalah seorang dosen komputer di sebuah perguruan tinggi di Indonesia. Ia memiliki banyak mahasiswa maupun mahasiswi dan karena kepiawaian Ibuku dalam mengajar, banyak mahasiswanya yang datang ke rumahku unuk meminta diajar secara privat.

Kisah ini adalah nyata yang terjadi ketika Ibuku sedang tidak di rumah. Namaku adalah Joe. Saat itu aku sedang dalam masa pengangguran karenanya aku hanya tinggal di rumah sehingga membuatku sangat bosan karena kegiatanku sepanjang hari hanya menonton VCD dan bermain komputer saja.



Agen Domino Online Indonesia Terpercaya - Tetapi kebosananku berakhir ketika salah seorang mahasiswi Ibuku datang kerumah. Ingrid namanya, dia kuliah di Universitas (edited).

Karena Ibuku kebetulan sedang ada urusan, maka Ingrid menunggunya datang dikarenakan ada urusan yang sangat penting dengan Ibuku. Karena aku tidak ada pekerjaan dan aku sangat bosan dengan kegiatanku, maka aku menemaninya menunggu Ibuku. Tetapi, aku sengaja tidak memberitahukan kepadanya bahwa Ibuku sedang pergi ke luar kota bersama Bapakku selama beberapa hari.

Jika kuperhatikan dengan seksama, Ingrid sama sekali tidak jelek. Bagiku dia bahkan menarik sekali, dengan proporsi badan yang bagus dan seksi dan dikombinasikan dengan rambutnya yang panjang tergerai dan hitam. Sekilas wajahnya mirip dengan Maudy Kusnaedi dan karenanya aku tidak bosan-bosannya menatap Ingrid sambil terus mengajaknya bercakap-cakap sambil menawarkannya minum segelas air jeruk.

Sampai suatu ketika, dia minta ijin untuk pergi ke WC dan aku menunjukkannya lokasi WC yang berada di belakang kamar orang tuaku. Di saat dia pergi kesana, aku memasukkan pil perangsang yang kubeli sewaktu aku masih berkuliah di luar negeri dulu. Pil perangsang itu larut dengan air jeruk tetapi tidak memberikan perubahan pada warna maupun rasa air jeruk itu sendiri. Setelah itu, aku hanya tersenyum-senyum memikirkan rencanaku selanjutnya sambil menunggu Ingrid keluar dari WC. Setelah Ingrid kembali dari WC, ia kembali duduk dan mengajakku ngobrol mengenai bisnis orang tuaku sambil meminum air jeruk yang kusuguhkan kepadanya. Beberapa menit setelah ia meminumnya, ia memperlihatkan reaksi dari obat tersebut, dia berkali-kali meminta maaf kepadaku karena ia merasa kegerahan dan setelah itu ia mulai membuka pakaiannya.



Di saat ia membuka pakaiannya, aku dapat melihat sosok Ingrid yang hanya mengenakan BH dan celana dalamnya. Hal ini membuat penisku mendadak berdiri dan siap dimasukkan ke "lubang kenikmatan". Aku mengajak Ingrid ke kamarku sambil kuberikan alasan agar aku dapat menyalakan Air Conditioner sehingga dia tidak lagi kegerahan. Ia percaya saja dan mengikutiku ke kamar. Di dalam kamarku, ia duduk di ranjang sambil sesekali mengusap dadanya. Aku menjadi tidak tahan melihat adegan ini sehingga aku mulai mencium bibirnya. Ketika aku menciumnya, tidak ada perlawanan sama sekali. Kami bermain lidah hingga 10 menit. Dikala kami bermain lidah, aku mulai membuka BH dan celana dalamnya. Setelah dia bugil, kemudian aku membuka pakaianku sendiri. Disaat aku sedang membuka pakaianku, Ingrid mengusap-usap tubuhnya dan memainkan jari-jarinya di sekitar vaginanya sehingga membuatnya basah. Aku tidak tahan lagi maka kudekati vaginanya dan memainkan lidahku di dalam vaginanya.



Aku sempat terkejut karena ternyata Ingrid masih perawan sehingaa aku berpikir bahwa ini adalah hari keberuntunganku. Aku terus menjilati vagina Ingrid berulang-ulang dan diiringi dengan desahan Ingrid yang sangat sensual, "Hmm..., shhh..., aahh...". Aku tidak peduli dan terus menjilatinya hingga beberapa saat kemudian Ingrid menjepit kepalaku dengan kedua kakinya sehingga membuatku menjadi sulit bernafas selama beberapa saat dan tubuhnya mendadak menjadi gemetar dan ia berteriak tertahan sambil melengkungkan punggungnya yang membentuk siluet yang indah sekali. Aku mengerti kalau dia sedang klimaks, aku senang sekali tetapi juga sekaligus belum puas, why? Karena aku sendiri belum memperoleh kepuasan darinya. Setelah ia terbaring lemas karena klimaks tersebut, aku segera saja memasukkan penisku yang panjang karena sudah tegang ke dalam vagina Ingrid. Ketika penisku merobek keperawanannya, ia berteriak kesakitan dan aku merasakan penisku telah dibasahi oleh darah segar keperawanannya, tapi aku tidak ambil peduli. Sambil kucium bibirnya yang seksi, tanganku bermain di puting susunya, juga kutusukkan penisku ke dalam liang vaginanya.



Teriakan yang tadi kudengar lama kelamaan berubah menjadi desahan-desahan dan tangannya mulai aktif memegang dan menekan-nekan selangkanganku seakan- akan menginginkan agar aku memasukkan penisku lebih dalam lagi. Tusukanku di dalam liangnya membuatnya mendesah-desah sensual dan memintaku mempercepat gerakan. Aku terus mempercepat gerakanku hingga dapat kurasakan vaginanya semakin basah. Ia memintaku mengubah posisi. Ia sekarang berada di atas. Dengan hati-hati ia menindihku dan memasukkan penisku yang masih tegang ke dalam liang vaginanya. Dengan posisi berbaring, kupeluk punggung Ingrid sambil menaik-turunkan tubuhnya sehingga aku merasa semakin nikmat karena pijitan vaginanya. Aku semakin mempercepat gerakan sehingga membuat adegan yang kami lakukan semakin panas karena Ingrid terus menggenjot tubuhku sambil tangannya memainkan puting susunya sambil sesekali menekan-nekan payudaranya yang cukup besar itu.

Setengah jam terus berlalu dan aku mulai merasakan seolah-olah akan ada ledakan dalam diriku dan dirinya. Aku mengetahui bahwa dia akan klimaks lagi karena dia semakin kuat mendesah dan juga semakin cepat menggenjot tubuhku. Aku semakin tidak tahan dan kusemprotkan cairan kejantananku ke dalam liang kewanitaannya dan di saat yang bersamaan pula, Ingrid berteriak dengan disertai getaran hebat sambil semakin cepat menggenjotku. Penisku terasa seperti sedang di"pipis"in olehnya karena ada cairan yang mulai membasahi penisku. Setelah beberapa menit kami bersama-sama melepaskan nafsu, aku mencium bibir Ingrid dan memeluknya. Aku bermain cinta dengannya hingga sore hari dan kemudian kuberitahu padanya bahwa orang tuaku baru akan kembali seminggu kemudian. Tetapi di luar dugaanku, karena justru hal ini malah membuatnya senang karena itu berarti dia bisa tinggal untuk bercinta bersamaku selama seminggu. Setelah itu, aku dan Ingrid terus menerus bercinta di rumahku sampai dengan Ibuku kembali dari luar kota.

MahkotaQQ.com | Agen Domino Online Indonesia Terpercaya


Bonus deposit 100% untuk Member baru dengan maksimal bonus Rp.30.000, ( Claim hanya 1x ) hanya dengan syarat yang sangat mudah yaitu TurnOver sebesar Rp.100.000 langsung bisa melakukan Withdraw
Buruan daftarkan diri anda >> Daftar <<

Cerita Seks: Menik dan Ayah Angkatnya

Menik dan ayah angkatnya - Menik adalah sepupuku. Gadis cantik yang penampilan sehari-harinya lincah lagi polos ini dari penampilan luarnya seolah-olah dia seperti seorang perawan lugu yang belum mengerti hubungan dengan lelaki, tapi siapa mengira dibalik itu dia justru punya skandal dengan ayah angkatnya sendiri.

Keintiman ini sudah bermula di antara Menik dengan ayah angkatnya sejak dari Menik berusia 14 tahun. Menik yang pertumbuhannya mulai meningkat remaja dan semakin cantik serta menggiurkan, sudah dijadikan alat bantu ayah angkatnya untuk mengisi kesepiannya setelah beberapa bulan ditinggal mati istrinya. Menik adalah keponakan dari almarhum istri Pak Hendro. Awalnya, sesaat setelah menduda, Pak Hendro yang seorang staf perusahaan perminyakan dipindah-tugaskan ke Sumatera. Dia berangkat dengan mengajak Menik menemaninya di tempat tugas barunya. Hari-hari berlalu, di tempat yang sepi kurang hiburan itulah perhatian Pak Hendro yang kesepian mulai tertuju kepada Menik yang saat itu sedang bertumbuh semakin cantik dan menggiurkan. Pendekatannya pun mudah, karena Menik memang akrab sekali dengan ayah angkatnya ini, sehingga dibujuki sedikit saja dia pasti menurut.



Agen Domino Online Indonesia Terpercaya - Mulailah Menik diperlakukan sebagai teman bercinta Pak Hendro mengganti ketiadaan istrinya, hanya saja dengan cara terbatas.

Setiap bertemu di rumah, Pak Hendro selalu mengerjai Menik, mulai dari sekedar dipeluk-peluki, diciumi, atau digeluti. Lalu meningkat lebih jauh mulai diajak tidur bersama untuk dicumbui dan digerayangi seputar tubuh gadis remaja itu. Dan berikutnya lagi makin saling terbuka, telanjang bulat mandi bersama dan mulai dinikmati tubuh polos gadis itu lewat remasan gemas dan kecap mulut di bagian-bagian kewanitaannya. Sampai akhirnya Menik mulai diajari cara-cara oral seks, menghisapi kemaluan untuk memberi kesenangan bagi lelaki. Pokoknya tidak ada lagi yang disembunyikan di antara mereka. Namun begitu, satu hal yang masih dijaga Pak Hendro, yaitu dia masih tidak tega untuk memasukkan kemaluannya untuk merenggut keperawanan Menik.

Sedikit mengulas keakraban mereka, bisa dilihat dari bagaimana pertemuan mesra mereka ketika hari itu Pak Hendro pulang dari urusan di Jakarta selama lima hari. Baru saja bertemu di rumah, sudah disambut Menik yang meloncat senang, menggelendot di leher dan kaki membelit di pinggang ayah angkatnya. Pak Hendro juga sama rindunya dengan gadis manja kesayangannya ini, tapi tidak terang-terangan di ruang tamu, melainkan menggendong dulu membawa Menik ke kamar tidur, baru dari situ langsung didekap dan diciuminya bertubi-tubi seputar wajah si gadis untuk kemudian menutupnya dengan ciuman bibir bertemu bibir. Sebentar saja keduanya sudah saling meluapkan kerinduan dengan saling melumat dalam dengan sepenuh perasaan sebelum kemudian terlepas, dan Menik turun dari gendongan untuk membantu membereskan barang-barang bawaan Pak Hendro sambil saling menceritakan keadaan masing-masing selama berpisah.

Selepas itu, barulah acara membersihkan badan.
Setelah Menik selesai membuka keran bak rendam, "Ayo mandi sama-sama Yayah, Nik..?" kata Pak Hendro mengajak yang segera dianggukkan Menik dan langsung membuka bajunya sendiri mengikuti Pak Hendro yang sudah lebih dulu bertelanjang.
Yayah adalah panggilan manja Menik kepada Pak Hendro. Begitu selesai, dia pun segera mendekati Pak Hendro yang saat itu sudah akan bergerak ke kamar mandi.
"Ntar dulu Yah, gendong dulu dong..!" katanya dengan manja.
Menahan langkah Pak Hendro, dia pun meloncat ke pelukan ayah angkatnya itu. Bergelendot manja lagi di leher dengan kedua kaki membelit pinggang Pak Hendro seperti tadi, dia pun langsung digendong dibawa ke kamar mandi.

Berikutnya di bak kamar mandi, keduanya mandi bersama dengan saling membantu menyabuni dan menyirami tubuh masing-masing. Pada waktu itu jika melihat bentuk tubuh Pak Hendro, kesannya memang angker dengan sosoknya yang tegap dan gempal, termasuk juga ukuran alat vital yang dimilikinya yang cukup lumayan besar. Tapi bagi Menik yang sudah biasa begini, tentu saja kesan menakutkan tidak ada lagi. Malah dia paling suka kalau disuruh mempermainkan batang kemaluan ayah angkatnya ini, karena ada rasa geli-geli senang jika merasakan batang yang semula lemas, besarnya hanya seukuran lebih besar sedikit dari jempol kaki itu, akan mekar mengembang lipat dua dalam genggaman kulumannya, menjadi panjang dan besar seukuran pisang ambon. Seperti juga saat ini, sambil menyabuni tubuh Pak Hendro, dia menyempatkan mempermainkan batang kejantanan itu. Terasa olehnya batang itu sudah menegang setengah keras.

Begitulah kegiatan yang sering mereka lakukan, sampai dengan selesai membersihkan tubuh dan keluar dari bak mandi, terlihat lagi milik ayah angkatnya. Hal ini membuat Menik tertarik, karena dari tadi batang itu masih setengah menegang saja. Keduanya masih belum menyeka tubuh mereka dengan handuk saat itu.
"Iddih Yah, kok dari tadi masih keras aja sih. Padahal udah bolak-balik Nik guyur pake aer dingin..." kata Menik dengan nada khas remajanya yang polos sambil mengulurkan tangannya memegang batang itu.
Pak Hendro hanya tersenyum geli, "Iya, itu tandanya dia udah kepengen disayang-sayangin lagi sama Mbak Niknya."
"Tapi.., kata Yayah di Jakarta mau dipakein ke lobangnya orang perempuan. Emang nggak sempet ya Yah ?" tanya Menik meskipun masih muda sekali tapi sudah diberi pengertian tentang arti hubungan seks yang sebenarnya.
"Sempet sih sempet, tapi ketemu Mbak Niknya kan tetep aja kangen."



Menik tersenyum senang mendengarnya. Dia mengocok sebentar batang itu sambil berkata, "Mau Ning isepin sekarang ya Yah..?" tanyanya menawarkan permainan yang sudah biasa dilakukan sesuai ajaran Pak Hendro.
"Sebentar, sebentar, Yayah mau puas-puasin dulu sama Kamu." kata Pak Hendro.
Tanpa menunggu jawaban Menik, dia sudah langsung membawa si gadis ke dekat meja washtafel dan mendudukkan Menik di situ. Meja itu cukup tinggi, sehingga dengan hanya sedikit membungkuk dan menundukkan kepalanya Pak Hendro sudah bisa mencapai kedua susu Menik. Langsung saja bukit dada si gadis yang meskipun masih remaja tapi sudah cukup menonjol mengkal itu dilahap dan disedot serta dihisap bergantian dengan rakus.

Menik yang sudah terbiasa begini hanya meringis-ringis kegelian, membiarkan ayah angkatnya sibuk menghisapi susunya, sementara dia sendiri menjulurkan tangannya membantu meremas-remas penis Pak Hendro.

Ada beberapa saat Pak Hendro memuaskan mulutnya di bagian itu sampai kemudian menggeser mulutnya turun ke arah liang keperawanan Menik. Sambil begitu dia meminta Menik bersandar ke dinding kaca di belakangnya untuk kemudian mengangkat kedua kaki Menik. Telapaknya diletakkan di tepi meja, sehingga Menik jadi terkangkang dengan kemaluan terkuak lebar-lebar. Sekarang bagian kemaluan perawan remaja yang masih gundul belum ditumbuhi bulu-bulu itu jadi sasaran kecap mulut Pak Hendro. Bukit daging kemerah-merahan ini disosornya sama rakusnya, diikuti jilatan dan gigitan-gigitan kecil di kelentit yang diterima Menik sesekali menjengkit-jengkit dan merengek kegelian.

"Aaaa ge-yyi Yaah... hiiii ssshh Yayahh nyangan di gigitt gi-tu Yahh..." nada manja kekanak-kanakannya pun mulai terdengar, tanda dia juga senang diperlakukan begini oleh ayah angkatnya.
Disini pun Pak Hendro cukup lama memuaskan kecap mulutnya sebelum kemudian berhenti dan mengangkat kepalanya.
"Ayo Nik.., tempel-tempelin dulu di punyakmu biar tambah cepet kepengennya biar nanti lebih gampang keluarin aernya..." kata Pak Hendro meminta.

Yang begini pun bagi Menik sudah terbiasa, tanpa menunggu diminta dua kali diturutinya permintaan ini dengan mengambil batang kejantanan Pak Hendro yang sudah menegang itu dan menempelkan ujung kepala bulatnya digesek-gesekkan di mulut lubang kemaluannya. Reaksinya cepat karena sebentar kemudian dilihatnya air muka Pak Hendro menegang diburu nafsunya, sementara bagi Menik sendiri main-main seperti ini juga selalu menimbulkan perasaan aneh tersendiri baginya. Rangsangan asyik yang masih belum dikenal artinya, bergejolak di dalam perutnya dan membuat liang keperawanannya seolah gatal ingin memasukkan batang ini ke dalam lubangnya. Ada rasa menuntut di situ, apalagi jika ujung batang kejantanan itu makin ditekan sedikit ke dalam, semakin penasaran rasa enak yang ingin diraihnya.

Dalam keadaan begini, praktis Menik sudah tenggelam pasrah dituntut berahi nafsunya, maka tinggal ditekan lebih jauh pasti akan disambut Menik dan berarti sudah bisa Pak Hendro menggagahi remaja polos itu. Tapi di sinilah hebatnya disiplin pribadi Pak Hendro demi sayangnya kepada anak angkatnya. Walau setiap kali berisengnya sudah sampai sedemikian kritis, tapi selalu saja dia bisa menahan diri untuk menghindar. Sesaat sebelum pikirannya buntu, dia pun cepat mencabut batangnya sambil membawa tubuh Menik turun dari meja washtafel. Menik mengira bahwa sekaranglah saatnya dia diminta untuk melakukan locokan hisapnya guna membantu Pak Hendro mencapai tuntutan kelelakiannya. Tetapi rupanya ada perubahan acara, Pak Hendro ingin menyelesaikannya dengan cara lain. Dia tetap menyuruh Menik berdiri di depannya untuk kemudian dia sendiri sedikit menekuk kakinya merendahkan tubuhnya, dari situ dia meletakkan batang kejantanannya terjepit di selangkangan Menik, persis menempel di bawah kemaluannya.

"Nah, Yayah mau coba bikin gini aja, nggak usak pake dilocok tangan." katanya seraya mulai memainkan pantatnya maju mundur.
Caranya persis seperti sedang bersetubuh dalam posisi berdiri, hanya saja batang keperkasaannya tidak dimasukkan ke lubang senggama Menik. Sambil menggoyang keluar masuk batangnya yang tergesek-gesek di celah liang keperawan Menik, Pak Hendro juga menambahi rasa dengan mendekap Menik, mengajaknya berciuman hangat. Diimbangi oleh Menik dengan juga merangkul ketat leher Pak Hendro, membalas saling melumat bergelut lidah.

Ternyata meskipun tidak sempurna, tapi cara begini bisa juga membuat Pak Hendro mencapai ejakulasinya. Sebentar kemudian dia pun tiba di puncaknya dengan menyemburkan cairan maninya, tanda dia sudah bisa mengakhiri permainan dengan lega. Itulah permainan iseng sehari-hari Pak Hendro dengan Menik yang boleh dibilang kritis karena cuma tinggal memasukkan batangnya ke liang keperawanan Menik saja yang belum dilakukan Pak Hendro. Tapi yang begini cuma sementara. Cara hidup unik ini bagi Menik pengaruhnya besar juga. Bagaimana tidak, kalau mengikuti perkembangan cara mereka, rasanya cuma tinggal tunggu waktu saja untuk Menik mendapatkan rasa seks yang sebenarnya. Apalagi belakangan ini Menik pernah menyaksikan sendiri bagaimana adegan hangat ayah angkatnya yang bercinta dengan Mbak Tikah, seorang gadis pemijit yang sering dipanggil Pak Hendro untuk memijit di rumahnya, tapi sekaligus sebagai tempat penyaluran tuntutan kelelakian Pak Hendro.

Dari sejak awal Menik sudah curiga bahwa ayah angkatnya punya hubungan intim dengan Tikah, gadis pemijit yang diperkenalkan oleh sopir pribadi mereka. Karena dalam acara memijit yang biasa mengambil tempat di ruang baca itu, mereka berdua selalu mengunci pintu berlama-lama di situ. Memang mulanya kelihatan biasa-biasa saja, tapi pernah sekali Menik memergoki bahwa tubuh Tikah secara mencuri-curi sering digerayangi tangan Pak Hendro. Ini yang membuat Menik penasaran dan suatu waktu dia sengaja mengatur waktu untuk membuktikan sendiri sampai dimana hubungan Pak Hendro dengan Tikah.

Begitulah suatu kali kesempatan Pak Hendro minta dipijit Tikah di tempat biasa di ruang baca, Menik yang tadi pura-pura pamitan ke rumah teman padahal sudah menyelinap bersembunyi di kolong ranjang ruang tidur pak Hendro menunggu kesempatan untuk mengintip. Di antara kedua ruang baca dan ruang tidur Pak Hendro ada pintu penghubung, Menik menunggu sampai dirasa aman baru dia mengendap-endap mencapai pintu penghubung dengan rasa tegang karena didapatinya suasana kamar sebelah sepi sekali. Di lubang pintu penghubung itu sebagaimana pintu-pintu lainnya juga dipasang sehelai gordyn tebal. Biasanya pintu ini juga dikunci oleh Pak Hendro kalau sedang berdua dengan Tikah, tapi karena diketahuinya Menik tidak di rumah maka Pak Hendro sudah merasa aman dengan membiarkan pintu itu terbuka, sehingga Menik punya kesempatan mengintip ke situ.

Apa yang ditunggu Menik memang tepat, bahkan kebetulan sekali karena rupanya saat itu sudah masuk di babak Pak Hendro akan mengerjai Tikah. Mereka sudah langsung mulai karena begitu Menik melihat ke dalam, dia sudah mendapatkan bagaimana keduanya sudah bersiap-siap untuk masuk ke permainan seks dengan Pak Hendro. Saat itu sedang merangsang berahi Tikah. Di situ sambil masih tetap berada di atas permadani tebal tempat mereka biasa memijit, nampak Pak Hendro yang berbaring telentang sedang menggerayangi tubuh Tikah yang duduk di atas perutnya. Waktu itu kedua posisi mereka agak membelakangi Menik, sehingga tidak bisa terlihat jelas, tapi Menik bisa melihat bahwa tangan Pak Hendro sedang bermain meremas-remas susu Tikah yang masih tertutup kain. Tikah dalam acara memijit ini mengenakan sehelai handuk yang dililit sebatas dadanya.

Berdebaran tegang Menik menonton pemandangan di depannya, nampak Tikah mandah saja menggeliat-geliat kegelian dengan muka genit malu-malu kegelian mendapat gerayangan nakal Pak Hendro di kedua susunya. Malah dia kemudian membungkukkan tubuhnya mengikuti pelukan Pak Hendro, menyandarkan kepalanya manja di dada Pak Hendro. Sebentar keduanya saling merapat pipi bertemu pipi seperti ada yang dibisikkan Pak Hendro di telinga Tikah, karena tiba-tiba Tikah bangun duduk tegak dan berikutnya masih dengan muka genit malu-malu Tikah membuka lepas handuk penutupnya menampilkan bebas tubuh telanjangnya. Karena di balik kain tadi Tikah memang tidak mengenakan pakaian dalam. Sekarang melihat bagaimana Tikah sedang menyodorkan bagian kewanitaannya untuk dinikmati Pak Hendro, hal ini membuat Menik semakin tertarik penasaran. Memang tubuh Tikah tidak semulus dan secantik Menik, tapi berharap pada adegan kelanjutannya menimbulkan rangsangan hebat pada Menik, disamping juga rasa kepingin tahu yang besar ingin melihat bagaimana caranya pasangan laki perempuan bersanggama.

Sekarang terlihat gerakan Pak Hendro bangun duduk, sementara Tikah hanya mengangkat duduknya berlutut merapat pada Pak Hendro.
"Ahsshh..." terdengar Tikah mengerang dan setelah itu menggigit bibirnya malu-malu geli ketika dia mulai mendapat rangsangan Pak Hendro sekaligus di dua tempat, yaitu mulut Pak Hendro melahap sebelah puncak susunya dan sebelah tangan Pak Hendro bekerja mengusap-usap tengah selangkangannya.

Rangsangan mulai meningkat dengan makin sibuknya Pak Hendro berpindah-pindah mengenyoti kedua susunya, sementara tangan yang di selangkangan juga bergerak-gerak seperti sedang meremas-remas sambil pasti ikut mengiliki kelentitnya, geli asiknya mulai diterima Tikah terbaca dari mimik wajahnya yang sekarang merona merah dalam mata terpejam serius dan bibir setengah merekah tegang. Sesekali ada gerakan Tikah mengejang kegelian dengan menarik pantatnya menungging, tapi tidak menghindar membiarkan tubuh telanjangnya dipuasi Pak Hendro. Sebelah tangannya malah membantu menonjolkan bukit susunya tersodor dikecapi Pak Hendro, sedang sebelah tangan lagi bertopang di pundak Pak Hendro. Ada beberapa saat seperti itu, tapi di tengahnya ada gerakan baru, yaitu sebelah tangan Pak Hendro yang bebas mulai merangsang kejantanannya dengan menggenggam dan meremas-remas batangnya agar menjadi lebih kaku.

Semua ini dari tempat mengintip Menik cukup jelas dilihat, karena jaraknya cuma sekitar 3 meter dan posisi Tikah sekarang agak serong menghadap ke arahnya. Rupanya acara merangsang gairah berahi Tikah dan membangkitkan kejantanan sendiri oleh Pak Hendro, meskipun sebentar tapi sudah dianggap cukup, karena Pak Hendro baru saja berhenti dan meminta Tikah mengambil posisi berbaring menelentang tetap di atas permadani itu. Mereka nampaknya mempersingkat waktu agar tidak terlalu lama dan dicurigai para penunggu rumah.

Tikah langsung berbaring mengangkang sesuai permintaan Pak Hendro, matanya ditutup rapat-rapat menunggu Pak Hendro mengatur posisinya untuk mulai memasukkan batang kejantanan ke liang senggamanya. Merapat dia dengan kedudukkan tegak berlutut, kedua paha Tikah ditumpangkan ke atas masing-masing pahanya, sebentar Pak Hendro masih melocoki batang kejantanannya sendiri yang dari tadi tetap dipegangi terus, sementara tangan sebelah jari-jarinya membasahi lubang kewanitaan Tikah dengan ludahnya agar membuat lebih licin lagi. Sebentar kemudian batang kaku Pak Hendro mulai dimasukkan ke liang kewanitaan Tikah, Menik membaca mimik wajah Tikah agak mengernyit dengan kedua kelopak matanya yang terpejam erat. Rahangnya menganga kaku menunggu batang ditusukkan ke kemaluannya dan yang mulai dimainkan Pak Hendro keluar masuk pelan-pelan.

Ternyata reaksi yang ingin dilihat Menik mulai nampak. Tikah ketika mulai bisa menyesuaikan dengan penis yang baru diterimanya, langsung mendapatkan rasanya. Tegang wajahnya pun mengendor terganti dengan bersemu asyik yang membawa pinggulnya bergerak mengocok mengimbangi gerak menggesek batang keluar masuk liang senggamanya. Makin lama makin tambah hangat rasa garukan enak itu, apalagi ditambahi Pak Hendro dengan kedua tangannya memilin-milin puting masing-masing susunya, gerak geliat Tikah sudah meningkat panas. Meliuk-liuk dia terlihat erotis dengan dadanya kadang diangkat-angkat membusung. Tapi yang seru adalah goyangan bibir kemaluannya yang berputar cepat seperti tidak sabaran dan sesekali menanduk-nanduk ke atas memapak tusukan batang keperkasaan Pak Hendro yang juga mulai dipompa agak kencang.

Menik sampai terasa panas dingin dan tegang menontonnya, terpengaruh rangsangan permainan Tikah yang menggelora oleh sogokan-sogokan batang keperkasaan Pak Hendro. Gerakannya selama itu berputaran hangat, lebih-lebih menjelang orgasmenya. Sayang Menik tidak bisa mengikuti mimik Tikah, karena dengan semakin panas itu wajah Tikah sudah hilang menyusup di dada Pak Hendro yang sudah turun menghimpit mendekapnya erat-erat. Hanya terakhir sempat dilihat ketika Tikah berogasme dengan tubuhnya yang mengejang dan mengangkat liang kewanitaannya tinggi-tinggi seakan ingin ditekan lebih dalam lagi. Sampai di situ apa yang ditonton Menik, dan dia buru-buru ke luar untuk kemudian berpura-pura datang dari luar seolah-olah tidak mengetahui apa yang terjadi di dalam kamar baca itu.

Jadi boleh dibilang secara tidak langsung, sebetulnya ayah angkatnya yang menggiring Menik untuk menuju kebebasan seks. Sehingga ketika suatu ketika, Menik menemukan teman sekolah yang cocok di hatinya dan kemudian berlanjut dengan iseng-iseng mempraktekkan hubungan sanggama sampai mengakibatkannya hamil. Ayah angkatnya tidak bisa menyalahkan dia karena menyadari bahwa ini salahnya sendiri yang terlalu bebas dalam cara hidup mereka. Tapi untuk menuntut laki-laki yang mengerjai Menik sangat berat, karena keduanya masih remaja sekali, jalan keluar yang dipilih adalah menggugurkan kandungan Menik sebelum menjadi besar serta membatasinya bergaul bebas di luaran lagi.

Menik nampaknya kapok dengan akibat keisengan pertamanya itu, tapi untuk bisa bertahan dari godaan lelaki berikutnya ternyata ada cara yang istimewa untuk itu. Yaitu Menik yang sudah kenal nikmatnya hubungan seks tidak dibiarkan menderita menahan keinginan itu, tapi di rumah dia justru dapat penyaluran tersendiri dari siapa lagi kalau bukan dari ayah angkatnya sendiri. Sejak itulah Menik mulai membuat hubungan sanggama dengan Pak Hendro dengan maksud agar Menik tidak mencari di luar lagi, yang memungkinkan dia mengulang kecelakaan yang sama. Hanya saja tentunya dijaga agar tidak ada satu pun orang luar yang tahu rahasia keluarga mereka.

Memang, sejak lepas dari pengalaman pahitnya itu, Menik jadi seperti uring-uringan dan untuk mengisi kesepiannya, Pak Hendro mulai tertarik juga untuk memanfaatkan Menik. Tidak heran sebab si cantik yang meningkat semakin remaja ini kalau berpakaian sering minim, mengundang gairah lelaki, teristimewa bagi Pak Hendro yang juga sedang kesepian. Tapi sekalipun sudah akrab dengan gadis itu, Pak Hendro tidak langsung main ajak begitu saja. Dia perlu cara halus karena dia kuatir Menik masih trauma dengan pengalaman pahitnya itu. Pak Hendro mulai mengadakan pendekatan dengan membelikan hadiah-hadiah perhiasan dan mengobral pemberian uang untuk meluluhkan hati Menik.

Sampai di suatu siang, dia membuat surprise dengan mendatangi kamar Menik.
"Nik, kalok Yayah kasih hadiah buat Kamu, mau nggak..?" katanya dengan kedua tangannya ke belakang seperti menyembunyikan sesuatu."Oya..? Hadiah apa Yah..?"
"Mau tau..? Nih Liat dulu sebentar..!" kata Pak Hendro sambil menarik tangannya yang menggenggam sebuah kotak perhiasan, membuka tutupnya memamerkan isinya sebentar.
Namanya sifat perempuan, begitu melihat perhiasan emas yang berkilau-kilauan langsung bersinar cerah wajahnya.
"Buat Menik ya Yah..?" tanyanya malu-malu.
"Iya.., semua buat Kamu, abis buat siapa lagi..?"
"Waduh..! Iya Yah, Aku mau.., seneng banget Aku Yah..!"

Kontan melonjak girang Menik karena perhiasan yang akan diberikan kepadanya justru lebih banyak dari yang sudah didapat sebelumnya. Tidak salah, karena Pak Hendro sendiri saking senangnya dapat harapan manis Menik sengaja membelikan lebih banyak dengan maksud untuk lebih membujuk gadis itu.
"Tapi ntar dulu, abis ini nanti temenin Yayah tidur, sekarang ininya Yayah masukin Yayah punya ya..?" tanya Pak Hendro mulai minta kepastian Menik sambil merapat dan menjulurkan sebelah tangannya mengusap-usap selangkangan Menik.
Jelas Menik tahu maksudnya tapi dia masih ragu-ragu.
"Ngg, tapinya kalok Nik bunting lagi gimana Yah..?" tanyanya minta penegasan Pak Hendro.
"Ooo... jelas Yayah jaga jangan sampe begitu, nanti Yayah kasih pilnya.." jawab Pak Hendro memberi kepastian.

Kali ini Menik mengangguk meyakinkan ajakan Pak Hendro karena hatinya sudah keburu terpaut dengan kilauan emas yang bakal jadi miliknya. Perempuan kalau hatinya sudah merasa dekat, apalagi ditambahi dengan hadiah-hadiah perhiasan, maka cepat saja takluk dalam rayuan.
"Kalok gitu sini, Yayah yang pakein satu persatu dan Kamu nurut aja ya..? Tapi sebentar.., coba Kamu pake dulu semua perhiasan yang Yayah pernah kasih. Soalnya ini semua satu setelan, jadi biar lengkap keliatannya."
Menik mengangguk dan bergerak mengambil perhiasan itu di lemarinya, lalu memasangnya satu persatu yaitu giwang, kalung, cincin dan gelang, sementara Pak Hendro mendekat lalu meletakkan kotak perhiasan di tempat tidur. Keempat perhiasan itu berikut yang ada di dalam kotak memang memiliki ciri seragam, yaitu diberi bandul berbentuk bola-bola berongga yang di tengahnya diisi bola kecil lagi, jadi kalau bergerak akan menimbulkan bunyi yang bergemerincing.

Menik sendiri masih heran di mana lagi perhiasan yang ada di kotak itu akan dipasangi di tubuhnya, namun begitu dia diam saja dan sesuai permintaan Pak Hendro dia menurut ketika sebuah perhiasan diambil untuk dipasangkan padanya.
"Tau nggak Nik, Yayah beli ini karena liat Kamu cantik, jadi kepengen dandanin kayak putri ratu. Memang keliatan kayak main-mainan, tapi ini emas asli lho..? Kalok nggak cocok jangan kasih siapa-siapa, simpen aja buat kenang-kenangan. Ayo sini, tempat pertama pasangnya di sini..."
Menik langsung merasa geli, karena bagian pertama yang dipasangi adalah sebuah cincin hidung model jepit ala gadis-gadis Arab.

"Nah, sekarang untuk ini Yayah minta tanda terima kasihnya..."
Belum sempat Menik mengerti, tiba-tiba dia sudah dipeluk lehernya dan bibirnya didarati bibir Pak Hendro. Agak gelagapan dia tapi cepat disambutnya ajakan berciuman ini dan meningkat sebentar saling melumat hangat. Ada beberapa saat baru Pak Hendro melepas bibirnya, Menik terlihat sempat terhanyut sebentar dalam asyiknya bergelut lidah bertukar ludah barusan.

Bagian kedua adalah sepasang kalung kaki yang dipakaikan Pak Hendro dengan meminta Menik duduk di tempat tidur. Ini juga menggelikan, karena merasa persis seperti pemain kuda lumping dan upah terima kasihnya juga lucu yaitu masing-masing betis Menik diciumi dan dijilat-jilati setelah kalung itu terpasang.

Yang ketiga, yang paling membuat Menik geli adalah ketika Pak Hendro mengambil sepasang perhiasan payudara yang pemasangannya dijepit di puting susu.
"Iddihh.., kok aneh-aneh aja si Yayah nih..?" kontan cekikikan geli dia sambil menekapi kedua buah dadanya dengan tangannya.
"Ya sudah, kalok masih geli ditunda dulu. Sini Yayah ambil tanda terima kasihnya duluan nanti pasangnya belakangan."
Begitu selesai bicara Pak Hendro langsung memajukan kepalanya, mulutnya mendarat mencaplok sebelah susu Menik yang membulat montok itu.
"Sshh..." Menik mengejang tertahan sewaktu mulut Pak Hendro mengenyoti puncak susunya, mengulum dan menjilati puting yang berada di dalam mulut Pak Hendro.

Kali ini geli lain. Geli yang memberi rangsang menaikkan berahinya untuk menuju apa yang nantinya akan diminta Pak Hendro. Dan ini mulai semakin terasa karena Pak Hendro agak berkepanjangan mengisapi dan meremasi kedua bukit dadanya bergantian, sehingga geli-geli enak yang meresap menyulut bara berahinya yang juga sudah lama terpendam mulai menyala lagi. Maklum, Pak Hendro rupanya gemas bernafsu dengan kedua susu si gadis ramping tapi ukurannya bulat montok menggiurkan ini. Terbukti ketika Pak Hendro berhenti dan menarik kepalanya, terlihat tatapan mata Menik sudah sayu tanda sudah dipengaruhi tuntutan nafsunya. Tapi Pak Hendro belum selesai, dia segera memasangkan perhiasan di kedua puting susu Menik, kali ini tidak ada penolakan geli lagi.

Selepas itu kedua buah dada segar mulus yang sudah berhias anting-anting itu dikecap lagi oleh mulut Pak Hendro. Ada rangsang tersendiri baginya dengan kedua puting yang tercuat oleh jepitan penahan bandul, senang menjilat-jilat ujungnya membuat Menik bergerak-gerak kegelian, susunya berayun-ayun menimbulkan bunyi bandul bergemerincing.
"Aahaaww... ge-yyii Paak.." Menik merengek manja namun dia senang dicandai mesra seperti ini.
"Tambah cantik kan Menik dihiasin gini, Yayah jadi makin gemes ngeliatnya..."
"Iya tapi lucu... Aahsssh Paak... ca-kiitt..!" baru menjawab sudah disambung merintih karena puting berikut bandulnya dicaplok Pak Hendro.
Dihisap dan dijepit-jepit bandul itu dengan bibir, menarik-narik kecil menjadikan putingnya juga ikut tertarik-tarik terasa perih. Tapi perih-perih enak yang makin menambah Menik jadi makin lebih terangsang.

Sehingga ketika dari situ Pak Hendro berlanjut dengan usahanya untuk membuka celana pendek yang dikenakan Menik, si gadis mandah saja malah membantu dengan mendoyongkan tubuhnya ke belakang, mengangkat pantatnya membuat mudah celana berikut celana dalamnya dilolosi lepas. Pak Hendro meskipun dalam dirinya sudah bergelora nafsunya ingin segera menyetubuhi remaja cantik yang menggiurkan ini, tapi dia cukup pengalaman untuk bisa menekan emosinya tidak menunjukkan wajah rakusnya.
"Sekarang yang terakhir ini Yayah pasangin kalung perutnya..." katanya sambil membelitkan dan mengaitkan sekali sebuah kalung perut di pinggang Menik.

Selepas itu tiba-tiba Pak Hendro menundukkan wajahnya ke perut Menik. Dikira akan mengecup bagian perut itu untuk minta tanda terima kasih, tapi rupanya lebih ke bawah lagi. Yaitu ketika kedua tangan Pak Hendro menyusup dari bawah kedua pahanya, membuka jepitan paha itu sekaligus mengangkat membuatnya mengangkang. Dia segera tahu bahwa Pak Hendro menuju ke liang senggamanya. Menik memang sudah terbiasa memberikan kemaluannya dikerjai mulut Pak Hendro, cepat ditutupnya matanya menunggu Pak Hendro berlanjut, karena dia tahu rasa apa yang akan didapatkannya nanti.

Saat itu, begitu mulut Pak Hendro menempel dan langsung menyedoti rakus bagian menganga itu, dalam dua tiga jurus saja Menik sudah lemas tulang-tulangnya diresapi nikmat."Ahhnng..." mengerang dia oleh geli yang terasa menyengat sampai ke ubun-ubun, langsung merosot tubuhnya jadi menelentang rata punggung ke belakang karena serasa tangannya tidak kuat lagi menopang. Lewat lagi beberapa jurus dia sudah meliuk-liuk tubuhnya oleh jilatan lidah terlatih yang mengilik kelentitnya, menusuk-nusuk kaku membuatnya semakin penasaran ingin segera disetubuhi.

Pak Hendro berhenti untuk membuka bajunya dan sementara itu kedua kaki Menik yang tadi disanggahnya diletakkan telapaknya di tepi tempat tidur, tetap membuat posisi Menik mengangkang lebar.
"Enak kan kalok Yayah bikinin gini..?" tanyanya menguji sambil melepasi bajunya satu persatu.
"He-ehh... tappinya jangan lama-lama Yahh.., nggak kuat Akku..." Menik terbata-bata menjawab jujur kelemahannya kalau liang kewanitaannya kena disosor mulut lelaki.

Selesai membuat dirinya sama bertelanjang bulat, Pak Hendro kembali meneruskan mengerjai liang senggama Menik dengan permainan mulutnya, membuat si gadis betul-betul matang terbakar oleh rangsang nafsunya. Sambil begitu Pak Hendro sendiri dalam posisi duduk berlutut mulai melepasi bajunya tanpa dilihat Menik dan mulai mempersiapkan batang kejantanannya untuk bisa menyalurkan kerinduan nafsunya sekaligus mengisi kebutuhan yang dituntut berahi nafsu Menik.

Cukup lama Pak Hendro membakar nafsu Menik lewat hisapan mulut di liang senggamanya, membuat Menik hampir hangus menunggu saat untuk disetubuhi. Tapi sebelum mulutnya meminta, tiba-tiba dirasakan tubuhnya ditarik diajak bangun. Pak Hendro melingkarkan kedua lengan Menik di lehernya, Menik cepat mengetatkan rangkulan mengikuti ajakan Pak Hendro yang segera menggendong untuk memindahkannya dari posisi semula ke tempat dimana dia akan segera masuk ke babak sanggama, karena dirasanya ada gerakan Pak Hendro untuk bangkit berdiri.

Memang benar, tapi sebelum sampai ketempat yang dimaksud, Menik seperti sudah akan mendapatkan apa yang diingininya lebih cepat dari perkiraannya. Tubuhnya terasa melayang seiring dengan gerakan Pak Hendro berdiri dengan mengangkatnya pada kedua pahanya, tapi ketika telah tegak dan gaya berat tubuhnya menekan lagi ke bawah, "Hahhg..." mengejang dia karena dirasanya kepala batang keperkasaan Pak Hendro mendesak sampai terjepit di mulut lubang kemaluannya.
Dan makin memberat dia ke bawah makin menyodok batang itu masuk.
Tapi, "Hhoogh..." kali ini menggerung tenggorokannya karena yang berikutnya terasa ketat dan perih.
Tidak tahan berlanjut, dia pun mengetatkan lagi rangkulannya seolah-olah ingin memanjati tubuh Pak Hendro naik ke atas lagi.

Celakanya Pak Hendro seperti tidak mengerti apa yang dialami Menik, merasa batang kejantanannya sudah mulai terjepit masuk, dia mengira justru Menik yang sudah mengajak lebih dulu untuk langsung masuk di babak sanggama. Dalam posisi seperti itu dia malah berusaha untuk memasukkan batangnya lebih jauh lagi. Kedua kakinya ditekuk merendah sebentar agar Menik terduduk menggantung di pahanya sehingga kedua perut agak merenggang. Karena dalam posisi itu dia bisa melepas sebelah sanggahan tangannya untuk kemudian membubuhi ludah di sisa batangnya yang belum masuk, baru setelah itu dia berlanjut untuk membenamkan batang keperkasaannya.

Sekarang batang ini sudah masuk sebagian, Pak Hendro menegakkan tubuhnya lagi dan sambil berusaha menekan lebih jauh dengan pintar dia mengalihkan perhatian Menik lewat gerakan berjalan seolah-olah mencari tempat sanggama yang lebih enak. Memang, semakin dibenamkan lebih dalam, terasa olehnya Menik mencengkeram sambil merintih kesakitan tapi Pak Hendro pura-pura tidak mendengar.
"Ssshhgh.. ssakkit Yaahh..." akhirnya tidak tahan juga suara Menik terdengar mengutarakan perihnya.
Menik memang sudah hapal dengan bentuk dan ukuran alat viltal ayah angkatnya yang sering dipermainkannya ini, tapi untuk dimasukkan ke liang senggamanya baru kali inilah dia merasakannya.



"Iya, iya, memang agak perih kalok dibawa jalan-jalan begini. Sebentar lagi, Yayah mau cari tempat yang enak buat kita." buru-buru Pak Hendro menghibur tapi lega dia karena dirasanya seluruh panjang batang kejantanannya sudah terendam habis.
"Mau dimana Yah..?" tanya Menik agak heran sambil menarik kepalanya.
Sekarang bisa terlihat raut wajahnya yang sudah pucat pasi lantaran menahan sakit.
"Kita cari tempat yang lebih enak maennya."

Dengan memondong Menik, sementara batang kejantanannya tetap terendam di liang senggamanya Menik, Pak Hendro menuju ke ruang tengah. Di situ di depan TV terpasang sebuah permadani berukuran 2x3 meter, kesitulah rupanya Menik dibawa. Mengatur posisi Menik menelentang dengan tetap menjaga kemaluan tidak terlepas, begitu selesai Pak Hendro mulai mengajak Menik masuk pada babak sanggama untuk meresap nikmatnya pertemuan kedua kemaluan ini. Sanggama ala Pak Hendro yang unik, sebab bukan saja pemilihan tempatnya nyentrik tapi juga caranya terasa asing bagi Menik. Beda sekali dengan bekas pacarnya yang dalam sanggama mereka goyang pantat dibawa bekerja aktif memompa penis ke luar masuk vaginanya, tapi dengan Pak Hendro justru tidak bergaya tradisional seperti itu.

Bermain masih dalam keadaan saling menempel berhadapan dengan batang kemaluan tetap terendam dalam, tanpa ada gerakan menggesek keluar masuk, Menik dibawa berguling-guling di seluas permadani itu seperti seorang anak kecil sedang diajak bergelut canda oleh ayahnya. Tetapi lebih cocok disebut seperti sepasang penari balet yang sedang beradegan lantai dalam gaya erotis. Sebab sementara bergulingan, kadang Menik di atas kadang pula di bawah, Pak Hendro mengiringi dengan kerja mulutnya serta tangan yang tidak terputus melanda sekujur tubuhnya dari mulai atas kepala hingga ke ujung kakinya.

Di situ kadang dikecup mesra, dijilati atau digigiti gemas, juga kadang diusap, dipijat, diremas di bagian manapun dari tubuh Menik dapat dicapai mulut atau tangannya. Menik tidak ubahnya diperlakukan seperti boneka permainannya. Boneka cantik berhias yang semakin bergemerincing suara bandulnya semakin membuat hatinya senang dan asik menggelutinya.Tapi asyik bukan hanya buat Pak Hendro, Menik yang semula masih merasa perih dan masih pasif mulai mendapatkan rasa asyik yang sama, malah lebih lagi. Gaya baru yang diterimanya ini terasa begitu mesra menghilangkan perih yang diderita. Dan ujung batang yang tadinya terasa begitu ketat serta menyodok begitu jauh di dalam perutnya sekarang justru dirasakan enak luar biasa mengorek-ngorek tuntutan berahinya jadi cepat terluapkan, melayang-layang dibuai kenikmatan yang datang melanda susul menyusul.

"Hsshngg addduuuh Yyahh... sshngh dduhh.. hmm aaahhghrh..!" begitu dalam akibatnya sampai-sampai tidak tertahankan lagi, masih ditengah asyiknya digeluti Pak Hendro, Menik sudah mengerang membuka orgasmenya satu kali sebelum berikutnya menyusul lagi secara bersamaan dengan Pak Hendro.
Ini terasa luar biasa, sebab kalau biasanya dia merasa seperti dipaksakan keluarnya oleh gesekan-gesekan cepat penis bersama pacar lawan mainnya, yang ini lebih melegakan menyalurkannya lewat geliat-geliat erotis tubuhnya yang dilipat-lipat oleh Pak Hendro.
"Aaahnng.. ssshh-dduuh Yahh... Ak-kku klu-ar laggi sshh... hngmmm shg..." disitu baru selesai yang satu sudah menyusul lagi rangsangan gairah untuk menikmati yang berikutnya.

Memang akhir dari permainan sama-sama meletihkan, tapi kalau saja Pak Hendro masih bisa bertahan lebih lama lagi rasa-rasanya Menik akan sambung menyambung orgasme yang bisa dicapainya. Betul-betul suatu permainan yang unik mengesankan, karena dengan hanya menanam batang dalam-dalam saja sudah membuat Menik terpuaskan secara luar biasa. Begitulah, permainan serasa mimpi indah yang dialami Menik dalam hubungan pertama ini sudah langsung membuat Menik ketagihan kepada Pak Hendro.



"Gimana, puas nggak maen gini sama Yayah..?" tanya Pak Hendro menguji apa yang barusan dialami Menik.
"Itu sih bukan puas lagi, tapi mabok namanya.. Gimana nggak, sekali tancep tapi Aku sampe tiga kali ngeluarinnya... Yayah pinter aja ngerjain Aku..." jawab Menik mengakui apa yang didapatnya sekaligus menyatakan pujian kagumnya kepada kehebatan Pak Hendro, "Tapinya lemes banget Aku Pak.." lanjutnya sambil menyusupkan kepalanya manja-manja sayang di dada Pak Hendro.

Sejak itu Menik memang tidak pernah sungkan-sungkan meminta kalau sedang ingin digauli ayah angkatnya. Seperti misalnya tengah malam itu Pak Hendro terbangun agak kaget karena dia merasakan seseorang naik berbaring di sebelahnya. Segera dia mengenali bahwa Menik yang barusan naik berbaring memunggungi di sebelahnya. Pak Hendro tersenyum mengerti bahwa Menik yang sudah seminggu tidak digauli karena haid, sekarang rupanya sudah selesai dan tentu sudah kepingin lagi disetubuhinya. Tanpa bertanya dia pun mengembangkan selimutnya menutupi Menik dan berbalik merapati memeluk si gadis dari belakang.

Betul juga, ketika sebelah tangannya disusupi sekaligus menyingkap gaun tidurnya untuk meremasi susunya, terasa olehnya bahwa Menik makin menempelkan pantatnya yang tidak mengenakan celana dalam itu ke jendulan batang kemaluannya. Pak Hendro makin menggoda, dia memindahkan tangannya merabai jendulan kemaluan Menik dari arah belakang pantatnya. Sebentar diusap-usapnya liang senggama yang terjepit itu, Menik pura-pura diam saja. Begitu juga waktu Pak Hendro mulai mencolokkan satu jarinya ke dalam jepitan itu, masih belum ada reaksi Menik. Tapi waktu jari itu mulai digesek sambil mengorek-ngorek ada beberapa lama terasa Menik mulai tidak tahan dan mulai menggelinjang sambil merintih.

"Sssh udah Yaah ja-ngann pake ta-ngann..., nggak en-nakk..."
"Pake apa dong enaknya..?" bisik Pak Hendro menggoda.
"Macupinn kontol Yayahh ajaa..." jawab Menik dengan logat manja kekanak-kanakan.
Pak Hendro segera berhenti dan Menik memang tidak perlu meminta dua kali karena jelas ayah angkatnya sudah tahu keinginannya. Terbukti Pak Hendro sudah memasangkan guling di depannya yang langsung dipeluk kedua kaki Menik sehingga posisi vaginanya lebih menungging, ini dimaksudkan agar lebih mudah dimasuki pada posisi itu.

Dan sebentar kemudian dirasakannya Pak Hendro yang sudah melorotkan celananya membebaskan kemaluannya mulai menempelkan batangnya di depan liang kewanitaannya Menik. Baru saja bertemu kedua kemaluan telanjang itu, Menik sudah langsung menjulurkan tangannya untuk melakukan sendiri menggosok-gosokkan kepala kejantanan Pak Hendro di mulut lubang senggamanya. Dari caranya yang tidak sabaran, Pak Hendro semakin yakin bahwa Menik betul-betul sedang kepingin sekali. Dia membiarkan dulu menunggu sampai batangnya mengencang baru kemudian dia mengambil alih lagi untuk memasukkan batangnya itu.

Dibasahi dulu dengan ludahnya seputar kepala batangnya, setelah itu mulai disesapkan terjepit di mulut lubang kewanitaan Menik. Begitu terasa mulai masuk, segera disambung dengan disogok pelan-pelan sambil menekan semakin lama semakin dalam. Sampai di batas yang bisa dicapai, barulah dia menunda dan kembali merapat mendekap Menik. Menyusupkan lagi tangannya meremasi kedua susu sambil diiringi mengecupi leher si gadis yang langsung berbalik menoleh dengan mimik wajah terlihat senang.
"Ahss... enak Yaahh..!" komentar pertama Menik.
"Udah kepengen sekali ya Nduk..?" tanya Pak Hendro tersenyum manis.
"He-ehh udah ampir seminggu nggak gini sama Yayah, Nik nggak bisa tidur Yah..!"
"Seneng ya memeknya dimasukin punya Yayah kayak gini..?"
"Ceneng Yah..., enyak diogok-ogok ontol 'ede Yayah.." jawabnya kembali dengan logat manja kekanak-kanakannya.
"Ya udah, sekarang bobo deh sambil Yayah ogok-ogok supaya tambah pules bobonya..."

Menik membalikkan lagi kepalanya membelakangi Pak Hendro, seolah-olah mengikuti anjuran ayah angkatnya yang akan membuatnya tidur enak dengan menyogok-nyogokkan batang kejantanan di liang senggamanya, tapi ketika terasa batang itu mulai dimainkan keluar masuk pelan, dia ternyata terbawa memainkan juga pinggulnya mengocok pelan seirama gerakan Pak Hendro. Irama permainan ini tidak meningkat hangat seperti biasanya, karena masing-masing seperti ingin bermain berlambat-lambat dengan membatasi gerakan-gerakan mereka, tapi nikmat yang dirasa tidak kalah enaknya dibanding biasanya. Malah permainan kalem ini terasa lebih mengasyikkan dengan mengkonsentrasikan pada gelut kemaluan yang lebih banyak ditekan dan diputar dalam-dalam diikuti penyaluran gemas-gemas nafsu pada remasan-remasan yang mencengkeram ketat. Begitu juga seperti ingin mencegah suaranya terlepas kendali, Menik menutupi wajahnya dengan bantal dan menggigitnya erat-erat. Pak Hendro memainkan terus batang keperkasaannya membuatnya bisa menyusul Menik tepat pada waktunya. Karena ketika terasa Menik mulai berorgasme, Pak Hendro pun tiba bersamaan di saat ejakulasinya.

Permainan selesai dan bersambung acara tidur bagi Menik, tapi Pak Hendro masih ingin merapihkan diri dulu. Dibantu Menik sendiri yang mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, Pak Hendro segera menyeka bersih bekas-bekas cairan di lubang kemaluan Menik. Ini memang satu kebiasaan si manja yang kalau selesai sanggama dan tertumpah oleh cairan mani dia selalu malas untuk mencuci, sehingga harus Pak Hendro yang membantunya. Begitu ketika dirasa sudah bersih, barulah Pak Hendro menyusul tidur memeluki Menik.

MahkotaQQ.com | Agen Domino Online Indonesia Terpercaya

Bonus deposit 100% untuk Member baru dengan maksimal bonus Rp.30.000, ( Claim hanya 1x ) hanya dengan syarat yang sangat mudah yaitu TurnOver sebesar Rp.100.000 langsung bisa melakukan Withdraw
Buruan daftarkan diri anda >> Daftar <<