Slideshow top

 photo 1_zps7bfahdyb.jpg" />  photo 2_zpswpp3okmd.jpg" />  photo 3_zpsbhekwfc5.jpg" />  photo 5_zpsdqndj1kt.jpg" />

Thursday, December 3, 2015

Cerita Seks: Menikmati Tari Istriku jadi Korban Perkosaan Teman Temanku

Tari tampak lesu. Ia mengaku sakit, tetapi tak tahu sakit apa. Kurayu untuk ke dokter, ia tak mau.

“Sepertinya hanya butuh istirahat,” katanya.



Agen Domino Online Indonesia - Jalannyapun tertatih-tatih, seperti menahan sakit di sekitar pinggangnya. Kalau kusentuh payudara dan pangkal pahanya, ia pun dengan halus menolak.



Tetapi, Tari memang istri yang baik. Ia mau juga ketika kuminta membantuku masturbasi. Diurutnya penisku dan akhirnya dikulumnya. Aku agak surprised saat ia membiarkan spermaku tumpah di mulutnya, meski kemudian dimuntahkannya kembali.

“Kok mau menerima spermaku di mulut ?” kataku.
“Nggak sengaja…” katanya dengan wajah bersemu merah.

Akhirnya, di minggu kedua, ia mulai kembali seperti dulu. Ia kembali tampak sehat dan melayaniku kembali di ranjang. Disaat itulah, tak sengaja aku membuka SMS di seluler Tari. Tertulis disitu.

“Mbak Tari, aku kangen memek Mbak. Senin jam 12 siang, aku kerumah Mbak pas suami Mbak di kantor. Pakai jubah, jilbab lebar dan kaus kaki, tapi jangan pakai celana dalam dan bra. Kita main di ranjangmu ya? -Al”.

“Ini ada SMS, sayang… belum sempat kubaca… perutku mulas…” aku berlagak terburu-buru ke kamar mandi sambil menyerahkan handphone Tari kepadanya.

Sekitar 10 menit kemudian aku keluar kamar mandi. Kulihat wajah Tari agak pucat.

“SMS dari siapa sayang ?” tanyaku.
“Eh… uh… dari Bu Ani,” jawabnya gelagapan.
“Ada apa ?”
“Uh… katanya… mau ambil uang arisan, Senin siang,”
“Ooo…” aku berlalu, seperti tak ada apa-apa.

********

Hari Senin, aku sengaja berangkat kantor agak siang. Pukul 11.30. Tetapi tanpa sepengetahuan Tari, kusiapkan handycam di tempat tersembunyi, mengarah ke ranjang. Setting kamera kuatur dengan timer agar mulai recording setengah jam lagi.

Kulihat Tari gelisah dan bolak-balik melirik jam dinding. Ia sudah pakai jilbab putih lebar dan jubah ungu. Cantik sekali.

Kucium pipinya saat berpamitan sambil tanganku meraba bokongnya.

“Eh, kamu nggak pake celana dalam ya?” kataku, pura-pura kaget, sambil meremas bokongnya yang bundar.

Tari tersenyum kecut. Ia menggeliat-geliat waktu pangkal pahanya kuremas-remas.

“Jangan-jangan kamu juga nggak pakai bra,” kataku.

“Nah, betul kan,” kataku ketika tanganku meraba payudaranya.

Kusingkapkan jilbab lebarnya, lalu kubuka kancing jubah di bagian dadanya. Bibirku langsung menyerang putingnya. Tari mengerang-erang.



“Maaas… sudaahh… ngantor sana!” katanya dengan nada manja.

Tapi kutahu ia khawatir Al datang sebelum aku pergi. Kugigit dengan gemas putingnya. Tari memekik kecil.

“Nakal!” katanya.

Akupun berangkat. Tapi di ujung jalan aku berhenti. Tepat pukul 12.00 kulihat mobil Al masuk garasi rumahku.

Handycamku pasti sudah mulai bekerja. Lima belas menit berlalu, kuhubungi nomor handphone Al.

“Sedang di mana Al ?” kataku.Terdengar Al menjawab dengan gugup.

“Di rumah teman, bos,” katanya.
“Maksudmu rumahku, kan?” Al makin gugup.
“Eh… oh… iya… sorry bos,” katanya.
“OK, nggak apa-apa. Tapi lain kali izin dulu ya Al?” kataku.
“Iya bos… iya bos…” sahutnya.
“By the way, kontolmu sudah masuk memek istriku belum?”
“Sudah bos…”
“Bagus, coba tolong kamu jepit putingnya. Aku ingin dengar jeritan istriku,” kataku.

Al patuh. Tak lama kemudian kudengar jerit kesakitan Tari.

“OK Al, Silakan kamu perkosa istriku. Di memek boleh, anus boleh di mulut juga boleh. Kamu ikat saja dia di ranjang. Terus kamu kerjain dia sampai orgasme berkali-kali. Bye Al.” Kututup telepon, lalu melaju ke kantor.



Nanti malam, rekaman handycam akan kunikmati.

****

Aku pulang tengah malam. Tari membukakan pintu. Kukecup keningnya. Ia tampak letih. Tetapi, ia memang istri yang setia. Dibuatkannya aku segelas teh hangat.

“Aku tidur lagi ya, badanku pegal semua,” katanya.

Aku menganggukkan kepala dan kukecup lagi keningnya.

Kutunggu setengah jam. Kutengok Tari betul-betul tertidur pulas. Kuambil handycam yang kutempatkan di lokasi tersembunyi. Lalu, kubawa ke ruang kerjaku.

Dengan jantung berdebar, kuputar ulang hasil rekaman otomatis tadi siang. Yes, hasilnya sempurna.

5 menit pertama hanya terlihat ruangan kamarku yang kosong. Tetapi, kemudian terlihat sosok perempuan berjubah ungu dan jilbab lebar putih berlari diikuti Al.

Perempuan itu, Tari, terdesak di dinding kamar. Terlihat Tari dengan wajah marah berdebat dengan Al yang terus tersenyum. Terlihat juga Tari kewalahan menepis tangan nakal Al yang menjamah pangkal paha dan payudaranya.

Kemudian terlihat Al seperti marah dan mencekik leher Tari. Setelah itu, Tari sepertinya menyerah. Ia biarkan saja Al memagut bibirnya.

Al lalu menyeret istriku dan menghempaskannya hingga terduduk di tepi ranjang. Tari memalingkan mukanya saat Al berdiri di hadapannya melepas celananya. Al kemudian memaksanya mengulum penisnya.

Tak lama kemudian, Al mendorong Tari hingga terlentang di ranjang. Lalu disingkapkannya jubah Tari hingga kepinggang. Dengan kasar, ia langsung menancapkan penisnya ke vagina istriku. Tari terlihat menjerit kesakitan.

Baru beberapa genjotan, Al tampak berbicara di handphonenya. Itu tadi saat aku meneleponnya. Masih sambil menelepon, Al terus menggenjot penisnya keluar masuk vagina Tari. Terlihat juga saat Al menjepit puting kanan Tari hingga ia menjerit kesakitan.

Ketika telepon ditutupnya, Al tampak seperti kesetanan. Ia membolak-balik tubuh Tari seperti orang membanting-banting bantal. Sekali ia membuat Tari terlentang dan memperkosanya. Kali lain, dibuatnya Tari menungging dan ia menyodominya. Kali lain lagi dibuatnya tubuh Tari tertekuk dan ia dengan kasar memperkosanya sambil menusukkan jarinya ke anus Tari. Sampai akhirnya kulihat Al orgasme di dalam mulut Tari.

Kulihat Tari terisak-isak. Selesai memuaskan hajatnya, Al mengikat Tari terlentang dengan kedua tangan dan kaki terpentang ke sudut-sudut ranjang.

Al kemudian terlihat menghisap rokoknya sambil berbaring di tengah paha Tari yang mengangkang. Kepalanya berbantalkan paha Tari, di dekat pangkalnya. Sambil merokok, Al membelai-belai vagina Tari. Sesekali, Al dengan nakal mencabuti sehelai rambut kemaluan Tari. Terdengar Tari memekik saat Al menjatuhkan abu rokoknya di tempat tumbuhnya rambut kemaluannya.

Al kemudian bangkit dan duduk di sisi Tari. Dibukanya jubah Tari di bagian dada. Kedua payudara istriku tampak membusung. Tari memekik lagi waktu Al dua kali menjatuhkan abu rokok di pucuk payudaranya.

Yang terjadi kemudian membuatku terpaksa mengacungkan jempol kepada Al. Lagi-lagi, ia mempermainkan istriku dengan sempurna. Dirangsangnya Tari dengan berbagai cara, hingga istriku yang alim itu berkali-kali orgasme.



Tetapi, Al memang pemerkosa sejati. Di saat Tari mencapai kepuasan, ia mulai menyakitinya lagi. Disumpalnya mulut Tari dengan celana dalamnya. Lalu, dijepitnya kedua puting Tari dengan jepit pakaian. Terlihat dalam rekaman, Tari meronta-ronta dan matanya melotot. Belum lagi rontaannya berhenti, Al melakukan hal yang sama pada klitorisnya.

Al kemudian kembali menindihnya. Suara rintihanTari terdengar sangat memilukan. Juga pekik tertahannya ketika Al dengan kasar menarik lepas jepit pakaian pada kedua putingnya. Tak cukup sampai di situ. Mahasiswa fakultas kedokteran itu terus menyentil-nyentil kedua puting Tari dengan keras.

Al akhirnya terlihat sampai pada klimaksnya. Kulihat ia mengangkangi wajah Tari, melepas sumpal di mulut Tari dan ganti memasukkan penisnya ke situ. Tubuh Al tampak bergetar sampai akhirnya lemas dan duduk mengangkangi perut istriku.

Tari terbatuk-batuk, sebagian sperma pemuda itu keluar dari sisi bibirnya. Kulihat Al menyapu dengan jarinya dan meratakannya ke seluruh bagian wajah Tari.

Terdengar Tari menangis sesenggukan saat Al bangkit dan mengenakan celananya kembali. Kukira Al sudah akan mengakhiri aksinya. Ternyata tidak. Kulihat ia mengambil kamera digital dan memotret istriku yang tengah tak berdaya.

Al membuka lebar-lebar bagian dada jubah istriku. Tari memalingkan wajah ketika Al memotret payudaranya yang terbuka dari jarak dekat. Al juga memotret sambil berdiri dengan sebelah kakinya menginjak sebelah payudara Tari. Ia juga lakukan itu pada vagina Tari.

Baru setelah itu kulihat ia melepaskan ikatan di tangan dan kaki Tari. Istriku langsung meringkuk membelakangi Al. Tetapi Al malah menyingkapkan jubahnya sampai ke pinggang. Kulihat ia memotret lagi istriku dengan pantatnya yang terbuka. Ia bahkan menguakkan bongkahan pantat Tari untuk melihat vaginanya dan memotret lagi dengan dua jarinya masuk ke vagina Tari.

Aku agak kaget melihat Al kemudian menampar keras sekali pantat Tari. Kulihat Tari sampai memekik. Ternyata, itu salam perpisahan dari Al.

Sepuluh menit terakhir rekaman itu hanyalah gambar Tari tiduran meringkuk. Tampaknya ia menangis karena sesekali tubuhnya terlihat berguncang.

Kusimpan hasil rekaman rahasia itu ditempat yang aman. Lalu aku kembali ke kamar. Tari terlihat tidur amat pulas. Posisinya seperti bagian akhir rekaman tadi.

Kusingkapkan bagian bawah dasternya sampai bokongnya yang bundar terlihat. Masih terlihat merah bekas tamparan Al di kulitnya yang mulus. Kusibakkan pantatnya hingga terlihat vaginanya yang tembam.

Sebetulnya, aku ingin menyetubuhinya malam ini. Tetapi, aku kasihan melihatnya kelelahan. Akupun tidur sambil memeluknya.

- Agen Poker
- Agen Domino
- Poker Online
- Domino Online


Bonus deposit 100% untuk Member baru dengan maksimal bonus Rp.30.000, ( Claim hanya 1x ) hanya dengan syarat yang sangat mudah yaitu TurnOver sebesar Rp.100.000 langsung bisa melakukan Withdraw
Buruan daftarkan diri Anda >> Daftar <<

Sunday, November 29, 2015

Cerita Seks: Kerja Kelompok Berujung Seks

Ryan,hari ini kita kerja kelompok di rumahku,ya?”Rena datang ke arahku.
“Oke,deh,jam berapa?”Tanyaku disertai anggukan.
“Hmmm,jam 1,deh,kira – kira sampai jam 5″Jawabnya disertai senyuman manis.

Akupun mengangguk dengan senyum,Rena memang gadis paling cantik di kelasku,wajahnya manis,imut,dan cantik,tapi tubuhnya sangatlah indah,dengan payudara sedang,kulit putih,dan pantat berisi,banyak yang benar – benar jatuh cinta padanya,termasuk aku,ataupun orang yang hanya nafsu melihatnya dan menggodanya.Aku sungguh beruntung,Bu Selvi memilihkan kelompokku,aku dan Rena,banyak teman yang iri padaku.



Agen Domino Online Indonesia - Setelah pulang sekolah,aku sempat beronani mengingat Rena,lalu aku naik ke mobilku yang dikendarai sopirku.


 Bang,nanti pulang jam 5,jangan jemput sebelum jam 5,ya?”Kataku pada sopirku
“Oke,deh”

Sampai di rumahnya,aku masuk ke rumahnya yang cukup besar,maklum ayah Rena pengusaha sibuk yang di rumah pada malam hari,sementara ibu Rena,Bu Alyssa,seorang ibu rumah tangga.

Saat aku masuk,aku disambut oleh Rena dan ibunya,aku tertegun melihat keduanya,Bu Alyssa sama cantiknya dengan Rena,umurnya sudah 36 tahun,tapi wajahnya tetap cantik,tubuhnya ramping,payudara agak besar,dan kulit putihnya tak seperti ibu yang sudah memiliki anak,kontolku berdiri keras melihat keduanya.Nafsuku meningkat drastis.

Akupun diajak ke kamar Rena,sempat aku deg – degan berduaan bersama Rena,tapi nafsuku sangat,akupun berusaha menahan nafsuku dan membantu Rena mengerjakan pekerjaan yang memang disuruh,kami duduk di meja berhadapan.

Selama pekerjaan banyak kukeluarkan godaan padanya disertai candaan,membuatnya tersenyum malu dan mukanya memerah,membuatku terpesona padanya,wajahku yang disebut ganteng oleh teman -temanku sering dilirik oleh Rena.Jam 3 pekerjaan kami sudah selesai,sedangkan aku menyuruh untuk dijemput jam 5,akupun disuruh menemani Rena dulu,sambil menunggu jemputan.

“Ryan,kamu lucu banget,ya?”
“Oh,tentu,dong”Jawabku bangga
“Tapi kamu juga ganteng”
“Ahh,kamu juga cantik,kok”Jawabku romantis.

Kini kami berpandangan,kuletakkan tanganku pada tangan lembutnya di atas meja,lalu aku duduk di sebelahnya,kumajukan kepalaku ke kepalanya,dia tampak diam saja,kini kami berciuman romantis,bibirnya terasa hangat,kukulum bibirnya selama 5 menit,karena sudah bernafsu,kucoba meremas payudaranya dengan perlahan dan lembut,saat tanganku menyentuh payudaranya,dia tampak membiarkan saja,sehingga kini kami berciuman sambil tanganku meremas payudaranya.

Sekitar 5 menit lagi kami melakukan begitu,lalu tiba – tiba pintu kamar dibuka,segera kulepaskan ciumanku dan kembali seperti tak terjadi apa – apa,sungguh sayang,pikirku dalam hati.Bu Alyssa masuk dan berkata.

“Rena,kamu dipanggil papa ke kantor,ada urusan penting”

Rena semula menolak,tapi setelah dipaksa,diapun setuju,sementara kini Bu Alyssa duduk di sebelahku,tangannya diletakkan di pahaku,kontolku mengeras dengan cepat,diapun berkata,
“Nak Ryan,tadi tante lihat,kok apa yang kamu lakukan sama Rena”
“Hmm,Hmmmm”Aku takut dan gugup takut dimarahi
“Gak apa – apa,kok,tante gak nyalahin kamu,tubuh Rena memang menggairahkan,sih”
Aku agak kaget mendengar itu
“Ryan,kamu tahu,gak?Tante sekarang nafsu,nih melihat kalian tadi berciuman dan remas”
Aku pura – pura kebingungan,tapi aku nafsu mendengarnya.



Kini tangannya yang diletakkan di pahaku mengelus – elus lembut kontolku sementara dia menuntun tanganku ke payudaranya,lalu dia mengarahkan kepalanya ke kepalaku,lalu kami berciuman lembut,tanganku kini mulai meremas payudaranya yang masih kencang,lalu Bu Alyssa membuka celanaku sambil aku membuka bajunya,kini kontolku terpampang,dia agak kaget dengan ukurannya,lalu akupun membuka bajunya dan BHnya,payudaranya memiliki puting kecoklatan dan masih kencang,langsung saja dia mengulum kontolku yang mengarah ke atas karena kami masih duduk,kulumannya sungguh enak,membuatku memejamkan mata sambil meremas payudaranya.

Kini kubuka celananya,lalu CDnya yang sudah basah,terlihatlah vaginanya yang masih indah meskipun sudah mempunyai dua anak,masih berwarna kemerahan dengan bulu halus yang dicukur rapi,akupun menjilat vaginanya,sangat nikmat dan harum,jilatanku semakin membuat vaginanya basah,dia meronta – ronta kegelian dan kenikmatan,kini aku kembali duduk di kursi,Bu Alyssa naik ke pangkuanku,dia memaskan vaginanya pada kontolku,lalu kuletakkan tanganku di pinggulnya,kini kontolku sudah masuk di vagina Bu Alyssa,pertama perlahan,lalu semakin cepat,aku menaikturunkan tubuh Bu Alyssa dengan cepat,membuat dia memejamkan mata dan vaginanya semakin basah,kurasakan kontolku dipijat oleh otot vaginanya,sangat nikmat sehingga mebuatku mendesah kenikmatan,sementara kunaikturunkan tubuh seksinya dengan cepat.

“Ahhhh,Akkkhhh,Sssst,enak,Ryan,terus,Ahhhh”

Vaginanya mengeluarkan cairan hangat yang membasahi kontolku,lalu kupelankan sedikit karena aku sudah merasa mau keluar,kuangkat tubuhnya ke kursi sebelah,lalu kusodorkan kontolku padanya,dia mengocoknya,lalu keluarlah spermaku yang membasahi mukanya.

“Tante belum puas,Ryan,kamu masih ingin,gak?”
“Iya,tante”

Akupun mengangkat tubuhnya,kubaringkan ke kasur,dia membuka lebar kakinya,kuperhatikan vaginanya yang sudah sangat basah,sangat indah,

“Ngapain kamu,Ryan?Ayo cepat tancapkan”
“Iya,tante”

Dia menuntun kontolku masuk dalam vaginanya,setelah masuk,kumajumundurkan dengan cepat membuatnya mengejang dan mendesah kenikmatan,pijatan vaginanya pada kontolku semakin keras dan nikmat,membuatku memejamkan mata menikmati vaginanya,



“Ahhhh,Ehhhm,Akkkkk,Ahhhhhhh”

Desahan Bu Alyssa menambah nafsuku,tubuh dan wajah keringatnya menambah nafsuku,membuat dia mendesah lebih keras.

Akkkh,Ryan,tante mau keluar”

Vagina Bu Alyssa mengeluarkan cairan hangat yang juga berjumlah banyak,kukeluarkan kontolku dari vaginanya yang dari tadi memijat nikmat kontolku,lalu kusodorkan padanya,kocokan Bu Alyssa sangat enak,sehingga 1 menit kemudian spermaku keluar dengan deras lagi,lalu Bu Alyssa membersihkannya dengan mulutnya,kami terbaring dalam keadaan telanjang sambil berpelukan.

“Gila,tante belum pernah secapek ini,Ryan,juga belum pernah senikmat ini”

Aku tersenyum mendengarnya,lalu kami segera membersihkan bekas orgasme Bu Alyssa dan spermaku,lalu kami berpakaian kembali lalu melakukan french kiss,nafsuku naik lagi,ingin aku melanjutkannya di kamar mandi,akupun mengajak Bu Alyssa,dia setuju,lalu kami melakukannya lagi di kamar mandi sampai jam 04.30,Rena pulang kembali ke rumah dan kami berbincang – bincang seperti tak terjadi apa -apa.

Sejak kejadian itu aku semakin sering main ke rumah Rena,dan tentu saja menikmati Bu Alyssa,ibunya sudah kunikmati,sisa anaknya.

- Agen Poker
- Agen Domino
- Poker Online
- Domino Online


Bonus deposit 100% untuk Member baru dengan maksimal bonus Rp.30.000, ( Claim hanya 1x ) hanya dengan syarat yang sangat mudah yaitu TurnOver sebesar Rp.100.000 langsung bisa melakukan Withdraw
Buruan daftarkan diri Anda >> Daftar <<

Cerita Seks: Main Kartu Berujung Ngentot Tante

Sejak setelah menikah, ibu tinggal di rumah kecil kami beberapa bulan sambil menunggu bangunan rumah baru mereka selesai. Lagi-lagi, rumah baru mereka tidak jauh dari bengkel ayah. Ayah menolak tinggal di rumah tante Tina karena alasan pribadi ayah. Setelah banyak process yang dilakukan antara ayah dan ibu, akhirnya bengkel tempat ayah bekerja, kini menjadi milik ayah dan ibu sepenuhnya. Ayah pernah memohon kepada ibu agar dia ingin tetap dapat bekerja di bengkel, dan terang saja bengkel itu langsung ibu putuskan untuk dibeli saja. Maklum ibu adalah ‘business-minded person’.

Aku semakin sayang dengan ibu, karena pada akhirnya cita-cita ayah untuk memiliki bengkel sendiri terkabulkan. Kini bengkel ayah makin besar setelah ibu ikut berperan besar di sana. Banyak renovasi yang mereka lakukan yang membuat bengkel ayah tampak lebih menarik. Pelanggan ayah makin bertambah, dan kali ini banyak dari kalangan orang-orang kaya. Ayah tidak memecat pegawai-pegawai lama di sana, malah menaikkan gaji mereka dan memperlakukan mereka seperti saat dia diperlakukan oleh pemilik bengkel yang lama.



Agen Domino Online Indonesia - Kehidupan dan gaya hidupku & ayah benar-benar berubah 180 derajat.



Kini ayah sering melancong ke luar negeri bersama ibu, dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu. Alasan aku ditinggal mereka karena aku masih harus sekolah.

Ibu sering mengundang teman-teman lamanya bermain di rumah. Salah satu temannya bernama tante Ani. Tante Ani saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku. Semestinya dia pantas aku panggil kakak daripada tante, karena wajahnya yang masih terlihat seperti orang berumur 20 tahunan. Tanti Ani adalah pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian menjadi teman baik ibu. Wajah tante Ani tergolong cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Dadanya tidak begitu besar, tapi pinggulnya indah bukan main. Maklum anak orang kaya yang suka tandang ke salon kecantikan. Tante Ani sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau gossip dengan ibu berjam-jam. Tidak jarang tante Ani keluar bersama kami sekeluarga untuk nonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall.

Aku pernah sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante Ani. Ibu bercerita bahwa tante Ani itu bukanlah janda cerai atau janda apalah. Tapi tante Ani sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari laki-laki memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu. Alasan-nya tidak dijelaskan oleh ibu, karena mungkin aku masih terlalu muda untuk mengerti hal-hal seperti ini.

Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi cabut dari rumah. Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri, tapi hanya melancong ke kota Bandung saja selama akhir pekan. Lagi-lagi hanya aku dan pembantu saja yang tinggal di rumah. Saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah, dan menginap di rumah teman. Tiba-tiba bel rumah berbunyi dan waktu itu masih jam 5:30 sore di hari Sabtu. Ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu berangkat ke Bandung. Aku pikir mereka kembali ke rumah mengambil barang yang ketinggalan.

Sewaktu pintu rumah dibuka oleh pembantu, suara tante Ani menyapanya. Aku hanya duduk bermalas-malasan di sofa ruang tamu sambil nonton acara TV. Tiba-tiba aku disapanya.

“Bernas kok ngga ikut papa mama ke Bandung?” tanya tante Ani.
“Kalo ke Bandung sih Bernas malas, tante. Kalo ke Singapore Bernas mau ikut.” jawabku santai.
“Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore. Tante ada apartment di sana” tungkas tante Ani.
Aku pun hanya menjawab apa adanya “Ok deh. Ntar kita pigi rame-rame aja. Tante ada perlu apa dengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalo penting.”.
“Kagak ada sih. Tante cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante bakalan makan sendirian nih. Bernas mau ngga temenin tante?”.
“Emang tante mau makan di mana?”
“Tante sih mikir Pizza Hut.”
“Males ah ogut kalo Pizza Hut.”
“Trus Bernas maunya pengen makan apa?”
“Makan di Muara Karang aja tante. Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.”
“Oke deh. Mau cabut jam berapa?”
“Entaran aja tante. Bernas masih belon laper. Jam 7 aja berangkat. Tante duduk aja dulu.”

Kami berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk. Sore itu tante Ani mengenakan baju yang lumayan sexy. Dia memakai rok ketat sampai 10 cm di atas lutut, dan atasannya memakai baju berwarna orange muda tanpa lengan dengan bagian dada atas terbuka (kira-kira antara 12 sampai 15cm kebawah dari pangkal lehernya). Kaki tante Ani putih mulus, tanpa ada bulu kaki 1 helai pun. Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon ibu, paling tidak seminggu 2 kali. Bagian dada atasnya juga putih mulus.

Kami nonton TV dengan acara/channel seadanya saja sambil menunggu sampai jam 7 malam. Kami juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan tante Ani suka bertanya tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan tentang kehidupan cintaku di sekolah. Aku mengatakan kepada tante Ani bahwa aku saat itu masih belum mau terikat dengan masalah percintaan jaman SMA. Kalo naksir sih ada, cuma aku tidak sampai mengganggap terlalu serius.

Semakin lama kami berbincang-bincang, tubuh tante Ani semakin mendekat ke arahku. Bau parfum Chanel yg dia pakai mulai tercium jelas di hidungku. Tapi aku tidak mempunyai pikiran apa-apa saat itu.

Tiba-tiba tante Ani berkata, “Bernas, kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya?”.
“Huh? Mana enak?” tanyaku.
“Mau tante kitik kuping Bernas?” tante Ani menawarkan/
“Hmmm…boleh aja. Mau pake cuttonbud?” tanyaku sekali lagi.
“Ga usah, pake bulu kemucing itu aja” tundas tante Ani.
“Idih jorok nih tante. Itu kan kotor. Abis buat bersih-bersih ama mbak.” jawabku spontan.
“Alahh sok bersihan kamu Bernas. Kan cuman ambil 1 helai bulunya aja. Lagian kamu masih belum mandi kan? Jorok mana hayo!” tangkas tante Ani.
“Percaya tante deh, kamu pasti demen. Sini baring kepalanya di paha tante.” lanjutnya.

Seperti sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja dengan tingkah polah tante Ani. Ternyata memang benar adanya, telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu kemucing benar-benar enak tiada tara. Baru kali itu aku merasakan enaknya, serasa nyaman dan pengen tidur aja jadinya. Dan memang benar, aku jadi tertidur sampe sampai jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat. Suara lembut membisikkan telingaku.

“Bernas, bangun yuk. Tante dah laper nih.” kata tante.
“Erghhhmmm … jam berapa sekarang tante.” tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka.
“Udah jam 7 lewat Bernas. Ayo bangun, tante dah laper. Kamu dari tadi asyik tidur tinggalin tante. Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.” kata tante sambil mengelus lembut rambutku.
“Masih ngantuk nih tante … makan di rumah aja yah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini.”
“Ahhh ogah, tante pengen jalan-jalan juga kok. Bosen dari tadi bengong di sini.”
“Oke oke, kasih Bernas lima menit lagi deh tante.” mintaku.
“Kagak boleh. Tante dah laper banget, mau pingsan dah.”

Sambil malas-malasan aku bangun dari sofa. Kulihat tante Ani sedang membenarkan posisi roknya kembali. Alamak gaya tidurku kok jelek sekali sih sampe-sampe rok tante Ani tersingkap tinggi banget. Berarti dari tadi aku tertidur di atas paha mulus tante Ani, begitulah aku berpikir. Ada rasa senang juga di dalam hati.

Setelah mencuci muka, ganti pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita akan makan keluar. Aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku pulang, karena aku yakin kita pasti bakal lama. Jadi aku membawa kunci rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur.

“Nih kamu yang setir mobil tante dong.”
“Ogah ah, Bernas cuman mau setir Baby Benz tante. Kalo yang ini males ah.” candaku. Waktu itu tante Ani membawa sedan Honda, bukan Mercedes-nya.
“Belagu banget kamu. Kalo ngga mau setir ini, bawa itu Benz-nya mama.” balas tante Ani.
“No way … bisa digantung ogut ama papa mama.” jawabku.
“Iya udah kalo gitu setir ini dong.” jawab tante Ani sambil tertawa kemenangan.

Mobil melaju menyusuri jalan-jalan kota Jakarta. Tante Ani seperti bebek saja, ngga pernah stop ngomong and gossipin teman-temannya. Aku jenuh banget yang mendengar. Dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe ke mantan tunangannya. Sesampai di daerah Muara Karang, aku memutuskan untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor di sana. Untung tante Ani tidak protes dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia.

Setelah makan, kita mampir ke tempat main bowling. Abis main bowling tante Ani mengajakku mampir ke rumahnya. Tante Ani tinggal sendiri di apartemen di kawasan Taman Anggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendiri karena alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tante Ani sendiri tinggal di Bogor. Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari-hari tante Ani, yang tante Ani tidak pernah merasa kekurangan materi.

Apartemen tante Ani lumayan bagus dengan tata interior yang classic. Di sana tidak ada siapa-siapa yang tinggal di sana selain tante Ani. Jadi aku bisa maklum apabila tante Ani sering keluar rumah. Pasti jenuh apabila tinggal sendiri di apartemen.

“Anggap rumah sendiri Bernas. Jangan malu-malu. Kalau mau minum ambil aja sendiri yah.”
“Kalo begitu, Bernas mau yang ini.” sambil menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih disegel.
“Kagak boleh, masih dibawah umur kamu.” cegah tante Ani.
“Tapi Bernas dah umur 17 tahun. Mestinya ngga masalah” jawabku dengan bermaksud membela diri.
“Kalo kamu memaksa yah udah. Tapi jangan buka yang baru, tante punya yang sudah dibuka botolnya.”.

Tiba-tiba suara tante Ani menghilang dibalik master bedroomnya. Aku menganalisa ruangan sekitarnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri terpampang di dinding. Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi, dan aku yakin pasti bukan barang yang murahan.

“Itu tante beli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun lalu” kata tante Ani memecahkan suasana hening sebelumnya.
“Bagus tante. High taste banget. Pasti mahal yah?!” jawabku kagum.
“Ngga juga sih. Tapi tante tidak pernah menawar harga dengan seniman itu, karena seni itu mahal. Kalo tante tidak cocok dengan harga yang dia tawarkan, tante pergi saja.”

Aku masih menyibukkan diri mengamati lukisan-lukisan yang ada, dan tante Ani tidak bosan menjelaskan arti dari lukisan-lukisan tersebut. Tante Ani ternyata memiliki kecintaan tinggi terhadap seni lukis.

“Ok deh. Kalo begitu Bernas mau pamit pulang dulu tante. Dah hampir jam 11 malam. Tante istirahat aja dulu yah.” kataku.
“Ehmmm … tinggal dulu aja di sini. Tante juga masih belum ngantuk. Temenin tante bentar yah.” mintanya sedikit memohon.

Aku juga merasa kasihan dengan keadaan tante Ani yang tinggal sendiri di apartemen itu. Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi, sampai nanti tante Ani sudah ingin tidur.

“Kita main UNO yuk?!” ajak tante Ani.
“Apa itu UNO?!” tanyaku penasaran.
“Walah kamu ngga pernah main UNO yah?” tanya tante Ani. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala.
“Wah kamu kampung boy banget sih.” canda tante Ani. Aku hanya memasang tampak cemburut canda.

Tante Ani masuk ke kamarnya lagi untuk membawa kartu UNO, dan kemudian masuk ke dapur untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman. Tante Ani membawa kacang mente asin, segelas wine merah, dan 1 gelas Hennessy V.S.O.P on rock (pake es batu). Setelah mengajari aku cara bermain UNO, kamipun mulai bermain-main santai sambil makan kacang mente. Hennesy yang aku teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas sekali. Aku biasanya hanya dikasih 1 sisip saja oleh ayah, tapi ini skrg aku minum sendirian.

Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas. Melihat kejadian ini, tante Ani menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa aku bukan bakat peminum. Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1 gelas Hennessy sendirian.

“Tante, anterin Bernas pulang yah. Kepala ogut rada berat.”
“Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing.” jawab tante Ani.

Aku merasa tante Ani berusaha mencegahku untuk pulang ke rumah. Tapi lagi-lagi, aku seperti sapi dicucuk hidung-nya, apa yang tante Ani minta, aku selalu menyetujuinya. Melihat tingkahku yang suka menurut, tante Ani mulai terlihat lebih berani lagi. Dia mengajakku main kartu biasa saja, karena bermain UNO kurang seru kalau hanya berdua. Paling tepat untuk bermain UNO itu berempat.

Tapi permainan kartu ini menjadi lebih seru lagi. Tante mengajak bermain blackjack, siapa yang kalah harus menuruti permintaan pemenang. Tapi kemudian tante Ani ralat menjadi ‘Truth & Dare’ game. Permainan kami menjadi seru dan terus terang aja tante Ani sangat menikmati permainan ‘Truth & Dare’, dan dia sportif apabila dia kalah. Pertama-tama bila aku menang dia selalu meminta hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama aku menjadi semakin berani menanyakan yang bukan-bukan. Sebaliknya dengan tante Ani, dia lebih suka memaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisa lebih leluasa mengerjaiku. Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina, menelan es batu seukuran bakso, dan lain-lain. Mungkin juga tidak ada pointnya buat tante Ani menanyakan the ‘Truth’ tentang diriku, karena kehidupanku terlihat lurus-lurus saja menurutnya.

Ini adalah juga kesempatan untuk menggali the ‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya. Aku pun juga heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang sangat pribadi. Mula-mula aku bertanya tentang mantan tunangannya, kenapa sampai batal pernikahannya. Sampai pertanyaan yang menjurus ke seks seperti misalnya kapan pertama kali dia kehilangan keperawanan. Semuanya tanpa ragu-ragu tante Ani jawab semua pertanyaan-pertanyaan pribadi yang aku lontarkan.



Kini permainan kami semakin wild dan berani. Tante Ani mengusulkan untuk mengkombinasikan ‘Truth & Dare’ dengan ‘Strip Poker’. Aku pun semakin bergairah dan menyetujui saja usul tante Ani.

“Yee, tante menang lagi. Ayo lepas satu yang menempel di badan kamu.” kata tante Ani dengan senyum kemenangan.
“Jangan gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah. Jangan nangis loh yah kalo kalah.” jawabku sambil melepas kaus kakiku.

Selang beberapa lama … “Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … lepas lagi … lepas lagi.”. Tante Ani kelihatan gembira sekali. Kemudian aku melepas kalung emas pemberian ibu yang aku kenakan.

“Ha ha ha … two pairs, punya tante one pair. Yes yes … tante kalah sekarang. Ayo lepas lepas …” candaku sambil tertawa gembira.
“Jangan gembira dulu. Tante lepas anting tante.” jawab tante sambil melepas anting-anting yang dikenakannya.

Aku makin bernapsu untuk bermain. Mungkin bernapsu untuk melihat tante Ani bugil juga. Aku pengen sekali menang terus.

“Full house … yeahhh … kalah lagi tante. Ayo lepas … ayo lepas …”. Aku kini menari-nari gembira.
Terlihat tante Ani melepas jepit rambut merahnya, dan aku segera saja protes “Loh, curang kok lepas yang itu?”.
“Loh, kan peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh. Jepit tante kan nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala. Jadi masih dianggap menempel dong.” jawabnya membela.

Aku rada gondok mendengar pembelaan tante Ani. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi.

“Straight … Bernas … One Pair … Yes tante menang. Ayo lepas! Jangan malu-malu!” seru tante Ani girang. Aku pun segera melepas jaket aku yang kenakan. Untung aku selalu memakai jaket tipis biar keluar malam. Lihatlah pembalasanku, kataku dalam hati.

“Bernas Three kind … tante … one pair … ahhh … lagi-lagi tante kalah” sindirku sambil tersenyum. Dan tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya. Aku serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan kini yang terlihat hanya BH putih tante. Belahan payudara-nya terlihat jelas, putih bersih. Bernas junior dengan serentak langsung menegang, dan kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya.

“Hey, lihat kartu dong. Jangan liat di sini.” canda tante sambil menunjuk belahan dadanya. Aku kaget sambil tersenyum malu.

“Yes Full House, kali ini tante menang. Ayo buka … buka”. Tampak tante Ani girang banget bisa dia menang. Kali ini aku lepas atasanku, dan kini aku terlanjang dada.
“Ck ck ck … pemain basket nih. Badan kekar dan hebat. Coba buktikan kalo hokinya juga hebat.” sindir tante Ani sambil tersenyum.
Setelah menegak habis wine yang ada di gelasnya, tante Ani kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan keadaan dada setengah terlanjang. Tak lama kemudian tante Ani membawa sebotol wine merah yang masih 3/4 penuh dan sebotol V.S.O.P yang masih 1/2 penuh.
“Mari kita bergembira malam ini. Minum sepuas-puasnya.” ucap tante Ani.
Kami saling ber-tos ria dan kemudian melanjutkan kembali permainan strip poker kami.

“Yesss … ” seruku dengan girangnya pertanda aku menang lagi.
Tanpa disuruh, tante Ani melepas rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante Ani hanya terliat mengenakan BH dan celana dalam saja. Malam itu dia mengenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak tampak ada bulu-bulu pubis disekitar selangkangannya. Aku sempat berpikir apakah tante Ani mencukur semua bulu-bulu pubisnya.

Muka tante Ani sedikit memerah. Kulihat tante Ani sudah menegak abis gelas winenya yang kedua. Apakah dia berniat untuk mabuk malam ini? Aku kurang sedikit perduli dengan hal itu. Aku hanya bernafsu untuk memenangkan permainan strip poker ini, agar aku bisa melihat tubuh terlanjang tante Ani.

“Yes, yes, yes …” senyum kemenangan terlukis indah di wajahku.

Tante Ani kemudian memandangkan wajahku selang beberapa saat, dan berkata dengan nada genitnya “Sekarang Bernas tahan napas yah. Jangan sampai seperti kesetrum listrik loh”. Kali ini tante Ani melepaskan BH-nya dan serentak jatungku ingin copot. Benar apa kata tante Ani, aku seperti terkena setrum listrik bertegangan tinggi. Dadaku sesak, sulit bernapas, dan jantungku berdegup kencang. Inilah pertama kali aku melihat payudara wanita dewasa secara jelas di depan mata. Payudara tante Ani sungguh indah dengan putingnya yang berwarna coklat muda menantang.

“Aih Bernas, ngapain liat susu tante terus. Tante masih belum kalah total. Mau lanjut ngga?” tanya tante Ani. Aku hanya bisa menganggukkan kepala pertanda ‘iya’.
“Pertama kali liat susu cewek yah? Ketahuan nih. Dasar genit kamu.” tambah tante Ani lagi. Aku sekali lagi hanya bisa mengangguk malu.

Aku menjadi tidak berkonsentrasi bermain, mataku sering kali melirik kedua payudaranya dan selangkangannya. Aku penasaran sekali ada apa dibalik celana dalam pinknya itu. Tempat di mana menurut teman-teman sekolah adalah surga dunia para lelaki. Aku ingin sekali melihat bentuknya dan kalo bisa memegang atau meraba-raba.

Akibat tidak berkonsentrasi main, kali ini aku yang kalah, dan tante Ani meminta aku melepas celana yang aku kenakan. Kini aku terlanjang dada dengan hanya mengenakan celana dalam saja. Tante Ani hanya tersenyum-senyum saja sambil menegak wine-nya lagi. Aku sengaja menolak tawaran tante Ani untuk menegak V.S.O.P-nya, dengan alasan takut pusing lagi.

Karena kami berdua hanya tinggal 1 helai saja di tubuh kami, permainan kali ini ada finalnya. Babak penentuan apakah tante Ani akan melihat aku terlanjang bulat atau sebaliknya. Aku berharap malam itu malaikat keberuntungan berpihak kepadaku.

Ternyata harapanku sirna, karena ternyata malaikat keberuntungan berpihak kepada tante Ani. Aku kecewa sekali, dan wajah kekecewaanku terbaca jelas oleh tante Ani. Sewaktu aku akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, tiba-tiba tante Ani mencegahnya.
“Tunggu Bernas. Tante ngga mau celana dalam mu dulu. Tante mau Dare Bernas dulu. Ngga seru kalo game-nya cepat habis kayak begini” kata tante Ani.
Setelah meneguk wine-nya lagi, tante Ani terdiam sejenak kemudian tersenyum genit. Senyum genitnya ini lebih menantang daripada yang sebelum-sebelumnya.
“Tante dare Bernas untuk … hmmm … cium bibir tante sekarang.” tantang tante Ani.
“Ahh, yang bener tante?” tanyaku.
“Iya bener, kenapa ngga mau? Jijik ama tante?” tanya tante Ani.
“Bukan karena itu. Tapi … Bernas belum pernah soalnya.” jawabku malu-malu.
“Iya udah, kalo gitu cium tante dong. Sekalian pelajaran pertama buat Bernas.” kata tante Ani.

Tanpa berpikir ulang, aku mulai mendekatkan wajahku ke wajah tante Ani. Tante Ani kemudian memejamkan matanya. Pertamanya aku hanya menempelkan bibirku ke bibir tante Ani. Tante Ani diam sebentar, tak lama kemudian bibirnya mulai melumat-lumat bibirku perlahan-lahan. Aku mulai merasakan bibirku mulai basah oleh air liur tante Ani. Bau wine merah sempat tercium di hidungku.

Aku pun tidak mau kalah, aku berusaha menandinginya dengan membalas lumatan bibir tante Ani. Maklum ini baru pertama, jadi aku terkesan seperti anak kecil yang sedang melumat-lumat ice cream. Selang beberapa saat, aku kaget dengan tingkah baru tante Ani. Tante Ani dengan serentak menjulurkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Anehnya aku tidak merasa jijik sama sekali, malah senang dibuatnya. Aku temukan lidahku dengan lidah tante Ani, dan kini lidah kami kemudian saling berperang di dalam mulutku dan terkadang pula di dalam mulut tante Ani.

Kami saling berciuman bibir dan lidah kurang lebih 5 menit lamanya. Nafasku sudah tak karuan, dah kupingku panas dibuatnya. Tante Ani seakan-akan menikmati betul ciuman ini. Nafas tante Ani pun masih teratur, tidak ada tanda sedikitpun kalau dia tersangsang.

“Sudah cukup dulu. Ayo kita sambung lagi pokernya” ajak tante Ani.

Aku pun mulai mengocok kartunya, dan pikiranku masih terbayang saat kita berciuman. Aku ingin sekali lagi mencium bibir lembutnya. Kali ini aku menang, dan terang saja aku meminta jatah sekali lagi berciuman dengannya. Tante Ani menurut saja dengan permintaanku ini, dan kami pun saling berciuman lagi. Tapi kali ini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja.

“Udah ah, jangan ciuman terus dong. Ntar Bernas bosan ama tante.” candanya.
“Masih belon bosan tante. Ternyata asyik juga yah ciuman.” jawabku.
“Kalo ciuman terus kurang asyik, kalo mau sih …” seru tante Ani kemudian terputus. Kalimat tante Ani ini masih menggantung bagiku, seakan-akan dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutku sangat penting. Aku terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante Ani malam itu.

Aku semakin berani dan menjadi sedikit tidak tau diri. Aku punya perasaan kalo tante Ani sengaja untuk mengalah dalam bermain poker malam itu. Terang aja aku menang lagi kali ini. Aku sudah terburu oleh napsuku sendiri, dan aku sangat memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung.

“Bernas menang lagi tuh. Jangan minta ciuman lagi yah. Yang lain dong …” sambut tante Ani sambil menggoda.
“Hmm … apa yah.” pikirku sejenak.
“Gini aja, Bernas pengen emut-emut susu tante Ani.” jawabku tidak tau malu.

Ternyata wajah tante Ani tidak tampak kaget atau marah, malah balik tersenyum kepadaku sambil berkata “Sudah tante tebak apa yang ada di dalam pikiran kamu, Bernas.”.
“Boleh kan tante?!” tanyaku penasaran. Tante Ani hanya mengangguk pertanda setuju.

Kemudian aku dekatkan wajahku ke payudara sebelah kanan tante Ani. Bau parfum harum yang menempel di tubuhnya tercium jelas di hidungku. Tanpa ragu-ragu aku mulai mengulum puting susu tante Ani dengan lembut. Kedua telapak tanganku berpijak mantap di atas karpet ruang tamu tante Ani, memberikan fondasi kuat agar wajahku tetap bebas menelusuri payudara tante Ani. AKu kulum bergantian puting kanan dan puting kiri-nya. Kuluman yang tante Ani dapatkan dariku memberikan sensasi terhadap tubuh tante Ani. Dia tampak menikmati setiap hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tante Ani perlahan-lahan semakin memburu, dan terdengar desahan dari mulutnya. Kini aku bisa memastikan bahwa tante Ani saat ini sedang terangsang atau istilah modern-nya ‘horny’.



“Bernasss … kamu nakal banget sih! … haahhh … Tante kamu apain?” bisik tante Ani dengan nada terputus-putus. Aku tidak mengubris kata-kata tante Ani, tapi malah semakin bersemangat memainkan kedua puting susunya. Tante Ani tidak memberikan perlawanan sedikitpun, malah seolah-olah seperti memberikan lampu hijau kepadaku untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya.

Aku mencoba mendorong tubuh tante Ani perlahan-lahan agar dia terbaring di atas karpet. Ternyata tante Ani tidak menahan/menolak, bahkan tante Ani hanya pasrah saja. Setelah tubuhnya terbaring di atas karpet, aku menghentikan serangan gerilyaku terhadap payudara tante Ani. Aku perlahan-lahan menciumi leher tante Ani, dan oh my, wangi betul leher tante Ani. Tante Ani memejamkan kedua matanya, dan tidak berhenti-hentinya mendesah. Aku jilat lembut kedua telinganya, memberikan sensasi dan getaran yang berbeda terhadap tubuhnya. Aku tidak mengerti mengapa malam itu aku seakan-akan tau apa yang harus aku lakukan, padahal ini baru pertama kali seumur hidupku menghadapi suasana seperti ini.

Kemudian aku melandaskan kembali bibirku di atas bibir tante Ani, dan kami kembali berciuman mesra sambil berperang lidah di dalam mulutku dan terkadang di dalam mulut tante Ani. Tanganku tidak tinggal diam. Telapak tangan kiriku menjadi bantal untuk kepala belakang tante Ani, sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara kiri tante Ani.

Tubuh tante Ani seperti cacing kepanasan. Nafasnya terengah-engah, dan dia tidak berkonsentrasi lagi berciuman denganku. Tanpa diberi komando, tante Ani tiba-tiba melepas celana dalamnya sendiri. Mungkin saking ‘horny’-nya, otak tante Ani memberikan instinct bawah sadar kepadanya untuk segera melepas celana dalamnya.

Aku ingin sekali melihat kemaluan tante Ani saat itu, namun tante Ani tiba-tiba menarik tangan kananku untuk mendarat di kemaluannya.
“Alamak …”, pikirku kaget. Ternyata kemaluan/memek tante Ani mulus sekali. Ternyata semua bulu jembut tante Ani dicukur abis olehnya. Dia menuntun jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang menonjol di memeknya. Para pembaca pasti tau nama daging mungil ini yang aku maksudkan itu. Secara umum daging mungil itu dinamakan biji etil atau biji etel atau itil saja. Aku putar-putar itil tante Ani berotasi searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Kini memek tante Ani mulai basah dan licin.

“Bernasss … kamu yah … aaahhhh … kok berani ama tante?” tanya tante Ani terengah-engah.
“Kan tante yang suruh tangan Bernas ke sini?” jawabku.
“Masa sihhh … tante lupa … aahhh Bernasss … Bernasss … kamu kok nakal?” tanya tante Ani lagi.
“Nakal tapi tante bakal suka kan?” candaku gemas dengan tingkah tante Ani.
“Iyaaa … nakalin tante pleasee …” suara tante Ani mulai serak-serak basah.

Aku tetap memainkan itil tante Ani, dan ini membuatnya semakin menggeliat hebat. Tak lama kemudian tante Ani menjerit kencang seakaan-akan terjadi gempa bumi saja. Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinya sempat mencakar bahuku. Untung saja tante Ani bukan tipe wanita yang suka merawat kuku panjang, jadi cakaran tante Ani tidak sakit buatku.

“Bernasss … tante datangggg uhhh oohhh …” erang tante Ani. Aku yang masih hijau waktu itu kurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu. Yang pasti setelah mengatakan kalimat itu, tubuh tante Ani lemas dan nafasnya terengah-engah.

Dengan tanpa di beri aba-aba, aku lepas celana dalamku yang masih saja menempel. Aku sudah lupa sejak kapan batang penisku tegak. Aku siap menikmati tubuh tante Ani, tapi sedikit ragu, karena takut akan ditolak oleh tante Ani. Keragu-raguanku ini terbaca oleh tante Ani. Dengan lembutnya tante Ani berkata, “Bernas, kalo pengen tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelon gairah tante habis. Tuh liat kontol Bernas dah tegak kayak besi. Sini tante pegang apa dah panas.”.

Aku berusaha mengambil posisi diatas tubuh tante. Gaya bercinta traditional. Perlahan-lahan kuarahkan batang penisku ke mulut vagina tante Ani, dan kucoba dorong penisku perlahan-lahan. Ternyata tidak sulit menembus pintu kenikmatan milik tante Ani. Selain mungkin karena basahnya dinding-dinding memek tante Ani yang memuluskan jalan masuk penisku, juga karena mungkin sudah beberapa batang penis yang telah masuk di dalam sana.



“Uhhh … ohhh … Bernasss … ahhh …” desah tante Ani.
Aku coba mengocok-kocok memek tante Ani dengan penisku dengan memaju-mundurkan pinggulku. Tante Ani terlihat semakin ‘horny’, dan mendesah tak karuan.
“Bernasss … Bernasss … aduhhh Bernasss … geliiii tante … uhhh … ohhhh …” desah tante Ani.
Di saat aku sedang asyik memacu tubuh tante Ani, tiba-tiba aku disadarkan oleh permintaan tante Ani, sehingga aku berhenti sejenak.
“Bernasss … kamu dah mau keluar belum … ” tanya tante Ani.
“Belon sih tante … mungkin beberapa saat lagi … ” jawabku serius.
“Nanti dikeluarin di luar yah, jangan di dalam. Tante mungkin lagi subur sekarang, dan tante lupa suruh kamu pake pengaman. Lagian tante ngga punya stock pengaman sekarang. Jadi jangan dikeluarin di dalam yah.” pinta tante Ani.
“Beres tante.” jawabku.
“Ok deh … sekarang jangan diam … goyangin lagi dong …” canda tante Ani genit.

Tanpa menunda banyak waktu lagi, aku lanjutkan kembali permainan kami. Aku bisa merasakan memek tante Ani semakin basah saja, dan aku pun bisa melihat bercak-bercak lendir putih di sekitar bulu jembutku.

Aku mulai berkeringat di punggung belakangku. Muka dan telingaku panas. Tante Ani pun juga sama. Suara erangan dan desahan-nya makin terdengar panas saja di telingaku. Aku tidak menyadari bahwa aku sudah berpacu dengan tante Ani 20 menit lama-nya. Tanda-tanda akan adanya sesuatu yang bakalan keluar dari penisku semakin mendekat saja.

“Bernasss … ampunnn Bernasss … kontolnya kok kayak besi aja … ngga ada lemasnya dari tadi … tante geliii banget nihhh …” kata tante Ani.
“Tante … Bernasss dah sampai ujung nih …” kataku sambil mempercepat goyangan pinggulku.

Puting tante Ani semakin terlihat mencuat menantang, dan kedua payudara pun terlihat mengeras. Aku mendekatkan wajahku ke wajah tante Ani, dan bibir kami saling berciuman. Aku julur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya, dan lidah kami saling berperang di dalam. Posisi bercinta kami tidak berubah sejak tadi. Posisiku tetap di atas tubuh tante Ani.

Aku percepat kocokan penisku di dalam memek tante Ani. Tante Ani sudah menjerit-jerit dan meracau tak karuan saja.

“Bernasss … tante datangggg … uhhh … ahhhhhh …” jerit tante Ani sambil memeluk erat tubuhku. Ini pertanda tante Ani telah ‘orgasme’.

Aku pun juga sama, lahar panas dari dalam penisku sudah siap akan menyembur keluar. Aku masih ingat pesan tante Ani agar spermaku dilepas keluar dari memek tante Ani.

“Tante … Bernassss datangggg …” jeritku panik. Kutarik penisku dari dalam memek tante Ani, dan penisku memuncratkan spermanya di perut tante Ani. Saking kencangnya, semburan spermaku sampai di dada dan leher tante Ani.

“Ahhh … ahhhh … ahhhh …” suara jeritan kepuasanku.
“Idihhh … kamu kecil-kecil tapi spermanya banyak bangettt sih …” canda tante Ani. Aku hanya tersenyum saja. Aku tidak sempat mengomentari candaan tante Ani.

Setelah semua sperma telah tumpah keluar, aku merebahkan tubuhku di samping tubuh tante Ani. Kepalaku masih teriang-iang dan nafasku masih belum stabil. Mataku melihat ke langit-langit apartment tante Ani. Aku baru saja menikmati yang namanya surga dunia.

Tante Ani kemudian memelukku manja dengan posisi kepalanya di atas dadaku. Bau harum rambutku tercium oleh hidungku.

“Bernas puas ngga?” tanya tante Ani.
“Bukan puas lagi tante … tapi Bernas seperti baru saja masuk ke surga” jawabku.
“Emang memek tante surga yah?” canda tante Ani.
“Boleh dikata demikian.” jawabku percaya diri.
“Kalo tante puas ngga?” tanyaku penasaran.
“Hmmm … coba kamu pikir sendiri aja … yang pasti memek tante sekarang ini masih berdenyut-denyut rasanya. Diapain emang ama Bernas?” tanya tante Ani manja.
“Anuu … Bernas kasih si Bernas Junior … tuh tante liat jembut Bernas banyak bercak-bercak lendir. Itu punya dari memek tante tuh. Banjir keluar tadi.” kataku.
“Idihhh … mana mungkin …” bela tante Ani sambil mencubit penisku yang sudah mulai loyo.

“Bernas sering-sering datang ke rumah tante aja. Nanti kita main poker lagi. Mau kan?” pinta tante Ani.
“Sippp tante.” jawabku serentak girang.

Malam itu aku nginap di rumah tante Ani. Keesokan harinya aku langsung pulang ke rumah. Aku sempat minta jatah 1 kali lagi dengan tante Ani, namum ajakanku ditolak halus olehnya karena alasan dia ada janji dengan teman-temannya.

Sejak saat itu aku menjadi teman seks gelap tante Ani tanpa sepengetahuan orang lain terutama ayah dan ibu. Tante Ani senang bercinta yang bervariasi dan dengan lokasi yang bervariasi pula selain apartementnya sendiri. Kadang bermain di mobilnya, di motel kilat yang hitungan charge-nya per jam, di ruang VIP spa kecantikan ibuku (ini aku berusaha keras untuk menyelinap agar tidak diketahui oleh para pegawai di sana). Tante Ani sangat menyukai dan menikmati seks. Menurut tante Ani seks dapat membuatnya merasa enak secara jasmani dan rohani, belum lagi seks yang teratur sangatlah baik untuk kesehatan. Dia pernah menceritakan kepadaku tentang rahasia awet muda bintang film Hollywood tersohor bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya hanya singkat saja yaitu seks dan diet yang teratur.

Tante Ani paling suka ‘bermain’ tanpa kondom. Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pil sebagai alat kontrasepsi karena dia sempat alergi saat pertama mencoba minum pil kontrasepsi. Jadi di saat subur, aku diharuskan memakai kondom. Di saat setelah selesai masa menstruasinya, ini adalah saat di mana kondom boleh dilupakan untuk sementara dulu dan aku bisa sepuasnya berejakulasi di dalam memeknya. Apabila di saat subur dan aku/tante Ani lupa menyetok kondom, kita masih saja nekat bermain tanpa kondom dengan berejakulasi di luar (meskipun ini rawan kehamilannya tinggi juga).

Hubungan gelap ini sempat berjalan hampir 4 tahun lamanya. Aku sempat memiliki perasaan cinta terhadap tante Ani. Maklum aku masih tergolong remaja/pemuda yang gampang terbawa emosi. Namun tante Ani menolaknya dengan halus karena apabila hubunganku dan tante Ani bertambah serius, banyak pihak luar yang akan mencaci-maki atau mengutuk kami. Tante Ani sempat menjauhkan diri setelah aku mengatakan cinta padanya sampai aku benar-benar ‘move on’ dari-nya. Aku lumayan patah hati waktu itu (hampir 1.5 tahun), tapi aku masih memiliki akal sehat yang mengontrol perasaan sakit hatiku. Saat itu pula aku cuti ‘bermain’ dengan tante Ani.

Saat ini aku masih berhubungan baik dengan tante Ani. Kami kadang-kadang menyempatkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau kadang-kadang 1 bulan sekali. Tergantung dari mood kami masing-masing. Tante Ani sampai sekarang masih single. Aku untuk sementara ini juga masih single. Aku putus dengan pacarku sekitar 6 bulan yang lalu. Sejak putus dengan pacarku, tante Ani sempat menjadi pelarianku, terutama pelarian seks. Sebenarnya ini tidak benar dan kasihan tante Ani, namun tante Ani seperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedang patah hati pasti akan mencari seorang pelarian. Jadi tante Ani tidak pernah merasa bahwa dia adalah pelarianku, tapi sebagai seorang teman yang ingin membantu meringkankan beban perasaan temannya.

- Agen Poker
- Agen Domino
- Poker Online
- Domino Online


Bonus deposit 100% untuk Member baru dengan maksimal bonus Rp.30.000, ( Claim hanya 1x ) hanya dengan syarat yang sangat mudah yaitu TurnOver sebesar Rp.100.000 langsung bisa melakukan Withdraw
Buruan daftarkan diri Anda >> Daftar <<

Cerita Sex Dewasa, Istri Pamanku Memang Menggairahkan

“ Maaah, minta susu..! “ teriak seorang bocah kepada mamanya. "Iya,,, sebentar sayang!" teriak mamanya dari dlm kamar. Bocah kecil tersebut adalah anak dari mama yang disebut tadi. Kita sebut saja namanya Ras. Ras merupakan istri dari abang mama saya, mengertikan? Jadi saya seharusnya memanggilnya bibi, tapi sebab suatu alasan, dia kami panggil Mbak dan dia tidak keberatan kok dipanggil begitu. Suaminya saat itu bekerja di luar negeri dan dia ditinggal di rumah mertuanya yaitu nenek saya. Suaminya telah lama pergi dan hanya pulang sekali dlm setahun. Pada saat itu umur saya baru akan menginjak 17 tahun, dan sekolah di salah satu perguruan swasta di kota saya dan pada saat itu sekolah kami sedang libur, jadi otomatis di rumah sepi sebab semua penghuni rumah sdh keluar entah ke mana.



Agen Domino Online Indonesia Terpercaya - Di rumah kami tinggal bersama nenek, dan 5 orang sepupu saya yang tentu saja lebih kecil dari saya semuanya. Jam baru menunjukkan pukul 9. 00 pagi.


 Nenek saya sedang pergi ke pasar dan biasanya bila beliau ke pasar tidak pernah sebentar. Kelima sepupu saya sdh keluar dari tadi pagi jadi yang tinggal di rumah cuma saya dan Mbak Rasti serta anaknya yang baru berumur 5 tahun. Saya dan Mbak Rasti bisa dibilang sangat dekat, sebab kami sering berbicara dan bercanda bersama. Jadi di antara kami berdua sangat terbuka. Namun pada saat itu saya tidak berani berbuat macam-macam kepadanya, tapi kalau berpikir macam-macam sih pasti ada, he he he. "Ma, buatkan susu dong!" celoteh bocah tadi menagih janjinya tadi. "Iya, nih tiap hari minum susu aja. Susu mahal tau!" mamanya menyodorkan sebotol susu kepada anaknya dan diterima anaknya dgn gembira tanda bahwa dia tidak mau mengerti tentang kemahalan susu.

Memang anaknya setiap bangun tidur dan sebelum tidur selalu meminta susu. Kebetulan lagi pada saat itu saya baru selesai sarapan pagi dan timbul keisengan saya untuk bercanda kepada Mbak Rasti. "Saya juga minta susu dong Mbak!" kata saya sambil menyodorkan gelas kepadanya. "Eh.. loe itu udah gede, itu kan susu buat anak-anak", balas Mbak Rasti.

"Lho, jadi kalau udah gede gak boleh minum susu?" tanya saya sambil pasang muka tak berdosa. "Bukannya nggak boleh, tapi itukan susu buat anak-anak", tegasnya sekali lagi. "Jadi yang buat orang dewasa mana?" tantang saya kepadanya. "Ini!" sambil menunjuk kepada buah dadanya yang sepertinya cukup besar dan padat itu. Terang saja saya terkejut, dan saya pun malu sebab dia tidak biasanya bercanda sampai begitu. Sebenarnya saya tahu kalau dia itu sebenarnya sdh sangat haus dgn seks. Bayangkan saja selama hampir setahun tidak berhubungan dgn suaminya, siapa yang tahan. Dan argumen saya ini juga telah saya buktikan.

Kebetulan kamar saya yang berada di lantai 2 tepat di atas kamar mandi, dan lantai 2 hanya berlantaikan papan jadi iseng-iseng saya melubangi papan itu biar bisa mengintip orang mandi. Saya sering mengintip Mbak Rasti mandi dari lubang itu dan saya lihat bahwa Mbak Rasti sangat sering merangsang dirinya sendiri di kamar mandi, misalnya dgn memijat-mijat dadanya sendiri dan mengelus-elus kemaluannya sendiri. Jadi dari itu saya mengambil kesimpulan kalau dia sering terangsang. "Kok bengong? mau minum susu nggak?" ucapnya membuyarkan lamunanku.



"Apa masih ada? anak Mbak kan udah lima tahun?" jawab saya menetralisir kekagetan saya. "Gak tau dech.. kamu coba aja, hehehe.. udah dech.." katanya sambil melewati saya menuju kamar mandi setelah itu berbisik sekilas kepada saya. "Pintu kamar mandi nggak Mbak kunci. "Terang saja saya senang sekali, soalnya saya sering baca buku porno dan pernah berkhayal kalau saya melakukan hubungan badan dgn Mbak Rasti dan sepertinya sekarang bisa terwujud. Saya membuka pintu kamar mandi perlahan dan saya lihat Mbak Rasti sedang membelakangi saya menggantung pakaian yang akan dipakainya. Dgn perlahan juga saya tutup pintu kamar mandi dan menguncinya tanpa suara.

Saya melihat Mbak Rasti mulai membuka baju tidurnya tanpa membalikkan tubuhnya. Sepertinya dia tidak sadar kalau saya sdh berada di dlm. Sesdh baju dilepas setelah itu tangan saya menuju ke pengait BH-nya bermaksud membantu membuka BH-nya. Dia kaget sebab tiba-tiba ada orang di belakangnya namun sesdh mengetahui bahwa yang di belakangnya adalah saya dia tersenyum dan membiarkan saya melanjutkan kegiatan saya. Sesdh BH-nya terbuka saya setelah itu melemparkannya ke tong tempat baju kotor. "Mbak, susunya boleh saya minum sekarang", tagih saya kepadanya. Dia hanya mengangguk dan setelah itu membalikkan badannya. Terlihatlah olehku dua buah tonjolan di dlmnya yang selama ini belum pernah saya lihat secara langsung.

Sebelumnya saya hanya mengintip. Setelah itu dia menyodorkan dadanya kepada saya dan dgn cepat saya sambar dgn mulut saya. Dia hanya mendesis tidak jelas. Lama saya menghisap dan menjilat kedua dadanya membuat dia terus menggelinjang dan menjambak rambut saya. Dadanya kanan kiri secara bergantian menjadi korban keganasan lidah saya. Mbak Rasti setelah itu secara lembut membuka kaos saya dan tanpa saya sadari kaos saya sdh terlepas. Mungkin sebab keasyikan meminum susu alam. Sementara tangan saya yang kiri mulai meraba-raba perutnya sedangkan yang kanan mengusap-usap dadanya yang sebelah kanan. Sementara mulut saya dgn menjulurkan lidah keluar mempermainkan puting susu yang sebelah kiri yang membuat Mbak Rasti semakin ngos-ngosan. Tangan saya sebelah kiri mulai nakal dgn menyusupkan jari-jarinya ke celana tidurnya yang belum dibuka.

Tangan Mbak pun tidak mau kalah, dia pun mulai mencari-cari sesuatu di selangkangan saya dan sesdh menemukannya dia pijat dgn lembut. Kemaluan saya yang merasakan ada rangsangan dari luar celana semakin meronta minta keluar. Mbak Rasti yang sdh berpengalaman itu setelah itu membuka reitsleting celana saya dan setelah itu melorotkannya ke bawah dgn menggunakan kakinya sebab dia tidak bisa membungkuk sebab dadanya sekarang masih berada dlm kekuasaan saya.

Sesdh CD saya dibuka, tangannya yang sekarang lebih nakal mulai mengocok perlahan batang kejantanan saya dan itu jelas saja membuat saya terbang tinggi, sebab baru kali ini batang kejantanan saya yang satu ini dipegang oleh tangan seorang wanita yang lembut. Mbak Rasti makin menjadi saat jilatan saya turun ke perutnya dan bermain di sekitar pusarnya dan setelah itu dgn sekali tarik celana tidur yang dari tadi menghalangi pemandangan indah saya buka dan sekarang di depan saya berdiri seorang wanita hanya dgn celana dlm krem yang jika diperhatikan lebih seksama bisa dilihat transparan, tapi siapa yang sempat melihat ketransparanannya itu kalau sdh terangsang.

Jilatan saya turun agak ke bawah menuju ke kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu yang rapi namun sebab sdh basah terlihat acak-acakan. Saya menjilati liang kemaluannya dari luar CD-nya. Itu sengaja saya lakukan supaya bisa lebih merangsangnya. Dan ternyata benar dia tidak sabar dan segera menurunkan CD-nya sendiri. Saya hanya tersenyum memandang ketidaksabarannya itu, dan jilatan saya lanjutkan tetapi tetap belum menyentuh lubang kenikmatannya itu yang membuat dia blingsatan dgn menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan yang bertujuan supaya jilatan saya berlanjut ke liang kemaluannya. Saya lihat kemaluannya sdh banjir, sebab tidak pernah merasakan cairan dari wanita maka jilatan saya pun merambah ke liang kemaluannya. Asin! tapi kok enak yah kata saya dlm hati.



Mbak Rasti pun kembali mendesis keenakan, "Ahh.. terus Tango", ujarnya. Lidah saya pun mulai bermain cepat. Tiba-tiba tubuh Mbak Rasti mengejang dan diikuti dgn desahan panjang, "Ahh.. nikmat sekati Tango. Pemanasan kamu sungguh hebat. " Setelah itu dia pun duduk di lantai kamar mandi dgn perlahan. Sesdh puas dgn kemaluannya, saya kembali ke atas dan mencoba untuk melumat bibirnya. Bibir yang dari tadi mendesis tidak karuan itu setelah itu melumat bibirku yang baru saja sampai di depannya. Lama kami saling melumat sambil tangan kanan saya memainkan puting susunya dan tangan yang satunya lagi mencari lubang kewanitaannya dan menekan-nekan klitorisnya yang jelas saja membuat lumatan bibirnya semakin menjadi. Tangannya pun tidak mau kalah, sambil berpagutan dia mencari kembali batang yang tadi sempat dilepasnya sebab kenikmatan yang dia rasakan.

Sesdh ketemu, setelah itu dia mulai menggerak-gerakkan tangannya mengocok kemaluanku yang sdh sangat tegang dan membesar sambil sesekali mengusap bagian kepalanya yang sdh mengeluarkan cairan bening kental. Setelah itu secara perlahan-lahan saya mendorong kepalanya ke belakang supaya dia rebah ke lantai kamar mandi. Sesdh dia rebah, Mbak Rasti mendorong dada saya lembut yang membuat saya terduduk dan dia setelah itu bangkit kembali. Saya terkejut, saya mengira dia telah sadar dgn siapa dia sedang bermain, namun dgn sesaat keterkejutan saya hilang sebab dia setelah itu dgn sikap merangkak memegangi kelamin saya dan setelah itu dia malah memasukkan kelamin saya ke mulutnya.

Ahh.. terasa nikmat sekali sebab Mbak Rasti sangat pandai memainkan kemaluan saya di dlm mulutnya. Saya bisa merasakan lidahnya bermain dgn lincahnya. Saya juga merasakan kepala kemaluan saya dipermainkan dgn lidahnya yang lincah itu. Sesdh bermain lama di bawah situ, mulutnya setelah itu merambah ke atas menciumi perut, setelah itu dada saya dan setelah itu kembali ke mulut saya, namun sebab saya tahu dia baru saja melepaskan mulutnya dari kemaluan saya, saya berusaha menghindar dari lumatan bibirnya dan mencoba supaya dia tidak tersinggung dgn mencium pipinya dan setelah itu telinganya. Tangan saya yang menganggur setelah itu saya suruh bekerja lagi dgn mengusap-usap selangkangannya dan terdengar dia berbisik kepada saya, "Masukkan ahh.. sekarang yahh, Mbak udahh kepmau.. banget.. nih.. ahh. "Saya setelah itu mengambil inisiatif dgn mendorong Mbak Rasti supaya kembali rebah dan dgn perlahan dia menuruti kemauan saya dgn rebahan di lantai kamar mandi. Saya setelah itu mengambil segayung air dan menyiramkan ke tubuhnya dan setelah itu satu gayung lagi untuk disiramkan ke tubuh saya sendiri.

Sesdh kami berdua basah, tangan kanan saya setelah itu meremas-remas dadanya sedangkan tangan kiri saya memegang kejantanan saya menuju ke lubang sejuta kenikmatan. Mbak Rasti pun sdh siap menerima terjangan saya dgn membuka kedua kakinya supaya memudahkan saya memasukinya. Dgn perlahan tapi pasti saya mencoba untuk memasukkan kepunyaan saya yang dari tadi sdh tegak ke kemaluannya. Namun sebab sdh lama dia tidak tersentuh laki-laki, membuat saya agak susah juga untuk menancapkannya. Beberapa kali saya arahkan batang saya, namun agak susah untuk berhasil, dan sesdh beberapa tusukan, akhirnya kelamin saya masuk dgn sukses ke selangkangannya.

Yah, cengkeraman liang kemaluannya sungguh nikmat, sebab saat itu liang kemaluannya sangat sempit dan itu sdh membuat saya merem melek, dan dgn gerakan pelan saya mulai menaik-turunkan pinggul saya. Saya melihat Mbak Rasti mengerang kenikmatan sampai bola matanya hilang, dan dia juga meggerak-gerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan dgn maksud supaya semua ruang di liang kemaluannya terjejali dgn kemaluanku yang sdh mulai memompa. Setiap pompaan membuat dia mendesah tidak karuan.

Sesdh beberapa menit, dia setelah itu memelukku dgn erat dan membalikkan tubuhku dan tubuhnya. Kini dia sdh berada di atasku, dan gantian dia yang menaik-turunkan pinggulnya mengejar kenikmatan yang tiada tara. Sementara itu tanganku yang sdh bebas kembali memainkan susunya dan mengusap-usap punggungnya. "Ssaayyaa.. udah ahh.. mau.. keeluar nihh.." desahnya. Mendengar desahannya yang begitu seksi saya semakin terangsang dan saya mulai merasakan ada sesuatu tenaga dlm yang mau dikeluarkan dan semua sepertinya sdh terkumpul di kejantanan saya. "Saya juga udah mau keluar Mbak..!" desis saya mempercepat gerakan pinggul saya dari bawah.



"Tahann.. sebenntaarr.." katanya. "Biaarr.. Mbak kee.. luar dulu.. ouhh.."Saya pun mengerti untuk tidak mengeluarkannya di dlm, sebab dgn alasan apapun saya tidak mau sperma yang saya keluarkan ini menjadi anak dari rahim bibi saya. Saya berusaha untuk menahan, sesaat setelah itu terasa cengkeraman di kelamin saya terasa kuat dan terasa hangat, tubuh Mbak Rasti kembali mengejang. Kalau saya tidak mencabut kemaluan saya dgn sedikit mendorong perut Mbak Rasti, mungkin saya pun akan mengalami orgasme bersamaan dgn Mbak Rasti. Untung saja saya sigap, sesaat setelah itu Mbak Rasti terkulai lemas di atas tubuh saya menikmati sisa-sisa kenikmatan. Paha saya terasa hangat sebab pelumas yang keluar dari liang kemaluan Mbak Rasti.

Saya pun memeluknya, dan membalikkan tubuhnya sebab saya belum terpuaskan saya pun kembali merangsang Mbak Rasti dgn jilatan di sekitar selangkangannya. Sesdh berkisar 3 - 4 menit Mbak Rasti kembali terangsang dan menyuruh saya memasukkan lagi kepunyaan saya ke dlm kemaluannya. Tanpa ba-bi-bu lagi, langsung saya tancapkan ke dlm kemaluannya. Kali ini lebih mudah sebab kemaluan kami berdua memang telah licin. Sesdh memompa beberapa menit, saya kembali merasakan gelombang kenikmatan dan dgn segera saya mencabutnya dan mengocok-ngocoknya dgn tangan sendiri. Namun tidak disangka, Mbak Rasti setelah itu menangkap kemaluan saya dan menggantikan tangan saya dgn tangannya dan setelah itu memasukkan kemaluan saya ke dlm mulutnya. Ahh.. terasa sungguh nikmat, apalagi permainan lidahnya membuat saya tidak bisa bertahan lama dan akhirnya semua saya keluarkan di dlm kuluman mulutnya.

Tapi saya tidak melihat dia melepaskannya, dia seakan tidak mau melepaskan kemaluanku yang sedang muntah dan dia menghisap habis semua muntahannya tanpa sisa. Sesdh saya merasakan pelumas dari dlm tubuh saya habis, batang kemaluan saya pun perlahan-lahan kembali mengecil. Melihat hal itu, Mbak Rasti setelah itu melepaskan batang kemaluan saya, dan tersenyum kepada saya. Setelah itu dia berbisik, "Tango, terima kasih yah, Mbak udah lama nggak menikmatinya dari pamanmu, entar lain kali kalau ada kesempatan bisa kan kamu puasin Mbak lagi?" Dgn masih terduduk di lantai saya mengangguk sambil tersenyum nakal kepada Mbak Rasti.

saling membersihkan diri dan sesekali tangan saya bergerak nakal menyentuh payudaranya yang tadi pentilnya sempat mencuat. Sesdh kejadian pertama itu, kami pun sering melakukannya di hari Minggu atau hari-hari libur dimana keadaan rumah sedang sepi. Kadang di kamar mandi, kadang di kamarnya. Namun sesdh beberapa bulan kami melakukanya, dia mendengar bahwa suaminya yang di luar negeri sdh menikah lagi dan dia pun memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya di Jakarta. Dan sesdh kepergiannya atau lebih tepatnya kepulangannya ke Jakarta saya tidak pernah mendengar kabarnya lagi sampai sekarang.

- Agen Poker
- Agen Domino
- Poker Online
- Domino Online


Bonus deposit 100% untuk Member baru dengan maksimal bonus Rp.30.000, ( Claim hanya 1x ) hanya dengan syarat yang sangat mudah yaitu TurnOver sebesar Rp.100.000 langsung bisa melakukan Withdraw
Buruan daftarkan diri Anda >> Daftar <<

Cerita Dewasa: Mainan Pembawa Kenikmatan

Jam 18. 30 aku dan Linda sdh meluncur di jalan. Ia menunjuk sebuah Mall, maka ke sanalah mobilku kuarahkan. Dr keterangan Linda pula aku th nanti mesti menuju ke salah satu sudut cafe terbuka di Mall tersebut. Di sana, menurut Linda pula, kita tinggal menjatuhkan apa saja. bisa sapu tangan, korek api, atau barang belanjaan. Setelah itu akan ada laki-laki yang berlagak mengambilkan barang yang jatuh itu. Kalau kita suka pada laki-laki itu tinggal bilang "OK" tapi kalau tdk suka tinggal bilang "Thanx. " "Kalau OK, mainan itu akan langsung nguntit kita, hi, hi, hi. . , " jelas Linda sambil cekikikan.



Agen Domino Online Indonesia Terpercaya - Aku pun menyambutnya dgn tertawa dan masih ada perasaan-perasaan tegang.

 
"Kamu bilang mainan?" tanyaku. "Ya, kita semua di tempat fitness menyebutnya mainan, mainan pembawa nikmat, hi, hi, hi. . , " kata Linda lagi masih ditutup dgn tawa. Untung lalulintas tak begitu padat hingga tepat jam 19. 00 kami sdh tiba di sana. Cafe yang disebut Linda ternyata hanya warung terbuka biasa yang menjual aneka minuman dan makanan ringan. Tampak di sana sejumlah anak muda laki-laki dan perempuan. "Yang cewek nyari cowok, yang cowok nunggu panggilan cewek, " bisik Linda, dilanjutkan aksinya menjatuhkan saputangan tanpa menghentikan langkah melewati cafe tersebut. Aku pun tak mau ketinggalan menjatuhkan kaca mata gelapku. Betul saja tdk lama kemudian ada dua anak muda menghampiri dan mengembalikan barang-barang tersebut.

Aku pandangan si pembawa kacamataku, seperti terkena sihir mulutku otomatis mengatakan "OK, " demikian pula Linda yang mungkin merasa cocok dgn anak yang menghampirinya. Tanpa basa-basi lagi kami memutuskan untuk segera meninggalkan tempat itu. Setibanya kembali di tempat parkir, dua anak muda itu masing-masing mengenalkan diri. "Ronny, " kata pasangan Linda sambil mengecup pipi Linda kemudian menjabat tanganku. Linda pun membisikan namanya. "Alvin, " kata pasanganku sambil mengecup dan menggandeng pinggangku. "Oh, " hatiku terasa melayang meski hanya digandeng begitu saja. Kemudian kubisikan pula namaku.

Suasana yang lama hilang serasa kembali lagi. Segera pula kurugoh tas kecilku untuk mengambil kunci mobil. Begitu hendak membuka pintu mobilku, Alvin merebutnya sambil berbisik, "Biar Ronny saja yang nyetir, kita di belakang. " Aku langsung mengangguk menyetujuinya. Kami meluncur ke arah utara kota. Baru saja beberapa ratus meter meninggalkan halaman Mall, tangan Alvin sdh mulai beraksi. Ia mengusap-usap leherku, kemudian mendekat dan menciuminya dr samping. Tak ayal aku menggelinjang. Ciuman Alvin menjalar ke kuping, terus melaju, dan akhirnya mendarat di bibirku. Mendapat serangan yang sdh lama kurindukan, kontan kubuka bibirku langsung menyambut juluran lidah Alvin.

Kami pun berpagutan cukup lama. Dr sudut mataku kulihat Linda pun merapat, terlihat gerakan tangannya menghampiri celana Ronny. Sejenak tampak Ronny mengangkat badannya, rupanya ia memberi ruang pada Linda untuk membuka resleting celananya dan mengeluarkan kemaluannya. "Ehmm. . lumayan besar, " demikian terdengar suara Linda, tapi tak kulihat lagi kepalanya karena sdh merunduk tenggelam di pangkuan Ronny yang sedang menyetir. Selanjutnya hanya kudengar suara kecupan dan kuluman mulut Linda yang rupanya sedang melakukan oral di kontol Ronny.



Aku sendiri mulai sibuk, lidah kami saling melilit dlm ciuman yang sangat hot. Alvin mulai meraba-raba pahaku, kemudian naik hingga sampai di bagian "V" celana dlmku. Aku bergeser memberikan ruang bagi tangannya agar bisa tepat di celah belahan memekku. Sementara tanganku pun mulai berani merayap tepat di atas sebentuk benda tegang di balik celananya. Kuelus-elus benda hangat yang berada di balik celana itu, dgn jari telunjuk dan jempol kujelajahi sepanjang batangnya. Aku punya kesimpulan kontol Alvin relatif besar, dr pengalamanku pula aku yakin saat itu belum mengeras sepenuhnya.

"Kalau sdh ngaceng sepenuhnya tentu besar sekali, " begitu pikirku. Alvin masih mengelus-elus celah memekku dr luar dgn jari tengahnya. Aku yakin celana dlmku jadi basah karenanya. Sementara itu mobilku terus melaju di tengah keramaian kota. Untung seluruh kaca mobilku berlapis pelindung cukup gelap. Kami bisa melihat ke luar tapi orang-orang di luar tak pernah th apa yang kami perbuat. Ada juga perasaan aneh ketika melakukan itu semua di tengah keramaian, tapi yang jelas nafsuku menjadi lebih bergelora hingga pagutanku di mulut Alvin kian ganas. Apalagi ketika mobil berhenti di lampu merah, aku malah membayangkan orang-orang di mobil di kiri-kanan kami sedang menyaksikan adegan-adegan hot ini. Begitu pula ketika ada orang lewat menyebrang, ingin rasanya aku ditonton mereka.

Ahh. . pendeknya pengalaman baru yang sungguh mengasyikan. Tanganku pun mulailah membuka ikat pinggang celana Alvin, langsung pula menarik resletingnya. Langsung kontolnya meloncat keluar karena ternyata Alvin tak memakai celana dlm. "Wow, besarnyaa. . , " teriakku agak kaget begitu melihat kontol Alvin. Lantas sambil menggenggam batang kontol pacar baruku itu aku berbisik, "Vin, apa kesukaanmu?""Blow job, " jawab Alvin ringkas. Aku terdiam belum mengerti. "Iseplah. . , " kata alvin menjelaskan. Aku pun senyum dgn menggenggam kontolnya lebih erat lagi, "Jadi blow job itu artinya ngentot pakai mulut?" tanyaku bermanja-manja dan pura-pura bodoh.

Setelah itu tak byk bicara lagi kujilati bagian kepala kontolnya Alvin. Ini adalah bagian pemanasan yang paling kusuka ketika Amri masih hot-hotnya. Maka ketika kujilati, kuciumi, dan kuemut-emut kepala kontol Alvin, aku melakukannya dgn intens sekali. Alvin pun segera melenguh merasa nikmat, tangannya dgn agak kasar menyingkapkan celana dlmku ke pinggir hingga jarinya kini bisa menyentuh langsung alat kenikmatanku yang sdh lama tak tersentuh laki-laki itu. "Sluurrpp. . , " mulutku maju lebih jauh lagi melahap batang kontol Alvin, sejenak kutahan di sana sambil kurasakan bahwa kontol Alvin ternyata masih tumbuh membesar. Th begitu maka aku merangsangnya lebih keras lagi karena ingin segera th seberapa besarnya jika sdh ngaceng sepenuhnya.

"Sluurrpp. . , " mulutku maju lagi hingga separo kontol Alvin masuk, terasa ada yang berdenyut dan tumbuh mengembang. Kubiarkan kutahan di dlm, dan kian lama terasa mulutku kian penuh hampir tak bisa lagi menampung kebesaran kontolnya. Saat itulah kulepas mulutku, kupandangi benda yang ternyata tampak gagah sekali itu. Seluruh batangnya mengkilat karena basah oleh ludahku, kugenggam di bagian pangkalnya, kogoyang-goyang. . Ohh. . benda yang sangat kurindukan kini ada digenggamanku. Sekali lagi "Sluurrpp. . , " kulahap sekaligus kontolnya. Kini kuusahakan bisa masuk sedlm mungkin. Ternyata betul-betul sungguh besar, hanya lebih sedikit dr setengahnya sdh menyentuh tenggorokanku. Agak sesak tapi kubiarkan tenggelam di dlm untuk beberapa saat. Sambil kuemut-emut kontolnya, perlahan-lahan kupelorotkan celana Alvin hingga lepas. Seusai itu, Alvin pun berusaha memelorotkan celana dlmku. Di ruang kursi mobil yang sempit, ternyata usaha melepas celana dlm itu menjadi tdk mudah.



Masalahnya aku mau melepasnya tanpa mau melepas kuluman mulutku di kontolnya, demikian pula Alvin seperti tak mau kehilangan memekku. Setelah berjuang keras akhirnya lepas pulalah celana dlmku. Alvin kini dgn merdeka mulai bisa menusukan jarinya yang besar. Ohh. . baru dgn jari itu saja aku sdh merasa melayang, maka kurespon sodokan jarinya dgn memaju-mundurkan pantatku, sementara mulutku pun mulai mengangguk-angguk memberikan gerakan kontol Alvin agar keluar-masuk. "Ohh. . Tarsih, ohh. . dewiku, sedap sekali sedotanmu. . memekmu pun sungguh masih ketat sekali. . aku pengen segera mengentotnya, " erang Alvin karena nikmat.

Aku merasa begitu tersanjung, maka segera aku lepaskan kuluman, naik ke pangkuannya dgn kontol Alvin diusahakan tak lepas dr genggamanku. Kedua kakiku kini ada di atas kursi mobil, dgn posisi jongkok begini kusentuh-sentuhkan kepala kontol Alvin di celah memekku, sesekali disentuhkan pula ke kelentitku yang sdh sangat peka. Kemudian, "Bless. . " sekaligus kutanamkan kontol besar itu dgn tak sabar. "Ohh. . ahh. . , " aku pun mengerang karena kaget sendiri merasakan kontol yang begitu besar melesak masuk. Demikian kerasnya eranganku sehingga membuat linda bangkit dr kegiatannya kemudian melirik ke belakang. "Gimana, asyik Teh Tarsih?" tanya Linda menggodaku yang sedang nikmat. "I. . i. . yaa, Linda. . Kontol Alvin gede sekali, asyik sekali, " jawabku sambil mulai menggoyang-goyangkan pinggulku.

Pada saat itu pula sempat kulihat lagi keramaian kota. Dgn posisi sdh mulai sanggama, dlm keadaan kontol pasanganku sdh tertanam di memek laparku, melihat keramaian di luar kian membuat aku terangsang lagi. Maka kugenjot kontol Alvin lebih hebat lagi, hatiku seolah-olah berteriak kepada orang-orang di jalanan, "Heii. . orang-orang lihatlah. . lihatlah aku lagi ngentot dgn nikmat sekali. . ngentot kontol gede. . hhmmhh. . ahh. "Gerakan pantatku turun-naik di atas kontol Alvin kian cepat, Alvin pun sesekali membalasnya dgn mengangkat pantatnya hingga kontolnya tertanam sepenuhnya di memekku. Rasa dahagaku yang sdh cukup lama tak merasakan kontol, rupanya membuat nafsuku jadi sangat berlebihan, sehingga aku tak bisa mengontrol dan membuat persetubuhan berlangsung begitu cepat. "Ohh. . Vin, Alvin. . entot terus, entot memekku yang lapar ini. . entot, jangan berhenti. . ohh teruss. . aku hampir sampai di puncak. . teruss. . ohh. . ohh. . ohh. . ahh!" Sebuah erangan panjang menandakan aku sdh mencapai orgasme.

Sementara aku th bahwa Alvin masih segar bugar. Karena itu kuelus kepalanya untuk menghibur, sementara Alvin membenamkan wajahnya di celah buah dadaku. Dgn kontol yang masih tertanam di memekku, dijilatinya seluruh celah dr lembah payudaraku, kemudian naik ke puting susu sebelah kiri, melintas lagi di celah lembahnya dan pindah ke puting susu sebelah kanan, sesekali mendarat agak lama di salah satu puting susuku yang sejak tadi sdh begitu keras. Di isap-isapnya di situ, adakalanya digigit-gigit kecil sehingga menimbulkan rasa geli bercampur nimkat. Sampai pada adegan ini sdh terpikir pula untuk membalas kenikmatan yang telah diberikan oleh Alvin, tapi sementara itu pula aku berkesempatan melihat ke arah luar jendela mobil untuk melihat ke arah mana kira-kira mobil ini melaju.

Dgn sekilas aku segera th mobil sedang melaju ke rah utara, maka aku tanya ke Ronny atau pun Linda yang juga sedang asyik di depan, "Heh, sedang menuju ke mana kita ini?"Yang menjawab ternyata Linda dgn tanpa mau melepaskan emutan mulutnya di kontol Ronny sehingga suaranya seperti suara orang yang tersumpal, "Mmpphhff. . ki. . fftaa. . kee. . ff 'L" saa. . phhjaa. . di sana. . phhpp. . ada hotel mmff. . hotel. . yang asyikk. . mmff. . slrupp. "Aku sebetulnya setuju-setuju saja, tapi tiba-tiba saja muncul pikiran lain sehingga aku protes, "Nggak, deh, oohh. . eyy. . , " kalimatku terhenti karena kaget dan geli oleh gigitan Alvin di puting susuku, "Balik ke rumahku saja. . , " lanjutku sambil tetap mengelus-elus kepala Alvin yang terasa pula kontolnya masih berusaha menusuk keluar-masuk di memekku.

Mendengar protesku Linda yang tenggelam di antara selangkangan Ronny tiba-tiba bangkit, "Bener nih?""Serius, kita balik ke rumahku saja. . " jawabku tegas. Ronny dan Linda tampak sejenak saling pandang, tapi kemudian sepakat tak berani melawan permintaanku. Maka di satu persimpangan Ronny memutar balik haluan, kemudian meluncur menuju ke rumahku yang sedikit agak di bagian selatan pusat kota. Setelah th kendaraan yang kami tunggangi menuju arah balik, maka aku pun segera ingat kepada tugas ingin membalas kenikmatan yang telah diberikan Alvin. "Kamu. . belum keluar, ya, sayang. . kontolmu masih ngaceng keras. . biar aku bikin keluar, yaa. . , " kataku sambil mengangkat kepala Alvin kemudian memagut bibir, dan kami kembali berciuman cukup lama.

Tanpa melepaskan bibir dan lidah kami yang saling berjalin, aku mengangkat tubuhku pelan-pelan sehingga sedikit demi sedikit kontol Alvin keluar dr jepitan memekku. Menjelang kepala kontolnya lepas cepat-cepat tangan kiriku menuju ke bawah untuk menyambutnya dan menggenggamnya. Terasa sekali kontol Alvin begitu licin karena basah oleh cairan orgasme yang tadi telah keluar dr memekku. Sambil sedikit kukocok-kocok kontol yang licin itu, aku berbisik pada Alvin, "Kamu pernah di 'tits-fucking, ' dientot pake payudara, sayangg. . Sini aku kasih tits-fucking sambil sesekali aku sedot kontolmu dgn mulutku yang haus ini, yaa. . ". "Belum. . pernah, ohh. . asyik sekali. . sejak semula aku sdh tertarik sama susu gedenya Tante Tarsih. . asyik sekali kayaknya dijepit di sana. . ayo, dong, Tante. . Al sdh tak tahan nih. . , " jawab Alvin kelihatan sdh tak sabar.

"OK sayang. . sini taro kontolmu di antara susu Tante. . , " kataku sambil menyangga kedua susuku dgn kedua tanganku. Posisiku agak sedikit turun dr jok mobil, sementara Alvin sedikit naik dgn mengarahkan kontolnya di antara celah dua bukit payudaraku. Begitu tiba di sana langsung aku sambut dan aku tekan payudaraku hingga menjepit kontol Alvin. "Ahh. . uuhh. . Tantee. . , " lenguh Alvin kenikmatan sambil mulai mengocok-kocokan kontolnya di sana. Kontolnya yang memang lumayang panjang dan gemuk, sesekali bagian kepalanya menyentuh daguku. Dgn begitu memudahkan aku untuk bisa menyambutnya dgn mulutku.

Dgn sedikit merunduk dgn mulut telah siap terbuka, maka kontol Alvin pun sesekali masuk di mulutku. Setelah beberapa kocokan, Alvin menghentikan gerakannya. Aku th Alvin minta kontolnya diisap, maka segera pula aku merunduk agak jauh lagi sehingga sebagian kontolnya bisa masuk ke mulutku. Kutahan dan kubiarkan terbenam di sana untuk beberapa saat, ketika di dlm kuemut-emut mulutku sambil menggerak-gerakan lidahku menyentuh-sentuh batang dan kepala kontol Alvin. Ohh. . luar biasa sekali, aku bisa merasakan langsung bekas cairanku sendiri di kontol Alvin.

Adegan dan wanginya cairan memekku sendiri ini sungguh membuatku terangsang kembali. Nafsuku untuk bersetubuh sdh kembali pulih, ingin sesungguhnya aku segera naik kembali menunggangi kontolnya Alvin. Tapi kuputuskan untuk meneruskan memberikan tits-fucking sambil melomoh-lomoh kontolnya dan sesekali kusedot-sedot, kuisap-isap. Alvin sendiri kelihatan sekali merasa nikmat dan bahagia dgn pelayanan itu, "Oohh. . emmhh. . nikmat sekali rasanyaa. . Tantee. . teruss. . jepit terus dgn susu tante yang gede itu. . ohh. . ya, sedott, jangan berhenti. . tantee. . sedapp, wah sdh kuduga tante ini hebat. . aku mau deh setiap hari ngentot sama Tante Tarsih, " kicaunya.

Mendapat pujian itu ditambah birahiku sendiri, maka aku kian bersemangat menjepitkan susuku dan nyedot kontolnya sampai pipiku kempot saking kuatnya. Kurasakan gerakan maju-mundurnya Alvin pun kian deras, kontolnya terasa sdh sangat tegang sekali, aku th itu adalah tanda-tanda Alvin sdh kian dekat ke puncak kenikmatannya. Tak ayal aku pun mengimbangi gerakan-gerakan pantatnya dgn semakin bersemangat. Hingga tak lama kemudian, "Oohh tantee. . teruuss. . aku sdh hampir. . sdh dekatt. . teruss. . ohh. . uhh. . mmhh. . ohh. . uhh. . mmhh, aku tak tahan lagii. . keluarin di mana tantee. . , " erangan dan kicauan Alvin bercampur aduk. "Keluarin di mulutku saja. . sayangg. . ohh. . mari penuhi mulut tante yang lapar ini dgn spermamu yang hangat. . ayo keluarin. . sayangg, " jawabku ingin segera melihat pasanganku mencapai puncak kebahagiaannya. "I. . i. . ini dia tantee. . aku keluarr. . huuhh. . ahh. . , " teriak Alvin, bersamaan dgn itu kurasakan kontolnya menjadi super tegang diiringin meletupnya semburan air mani dr kontolnya hingga membentur pangkal tenggorokanku.



Begitu byk air mani yang ia keluarkan hingga mulutku tak sanggup menampungnya. Sebagian langsung kutelan, sebagian lagi kubiarkan keluar di atas kedua payudaraku sambil tak henti-hentinya aku teruskan mengocok kontolnya. Luar biasa sekali, ketika kukocok di luar pun sperma Alvin masih meluap demikian byk sehingga membanjiri seluruh permukaan buah dadaku, kemudian meleleh turun membasahi sebagian perutku. "Mmhhmmffhh. . Al, sayangku. . luar biasa byk sekali sampai banjir. . , " kataku sambil menyusut air maninya yang turun ke perut untuk kemudian kujilati lewat tanganku hingga bersih. Begitu pula yang membasahi buahdada-ku, aku coba untuk menyendoknya dgn tangan kemudian aku lahap pula, lantas dgn sengaja kuperlihatkan pada Alvin ketika menjilat jari-jariku yang masih bersisa air maninya, berulang-ulang kujilat hingga bersih.

Tak lama kemudian terdengar kehebohan di kursi depan, Linda setengah berteriak-teriak sambil mengocok kontol Ronny yang masih tetap di belakang kemudi. "Ayoo. . Ronny-ku, keluarkan. . tuntaskan sayang. . aku nggak mau kalah sama Teh Tarsih. . aku pun ingin sperma hangatmu. . ayo keluarkan. ""I. . i. . iya tante Linda, kocok terus, saya sdh hampir, kocok yang keras. . ehh. . sambil diemut lagi. . tante. . , " pinta Ronny.

Kemudi mobil sedikit agak bergoyang, aku dan Alvin saling berpandangan lantas tersenyum. Kontol Alvin yang sdh melembek masih di dlm elusan tanganku, Alvin pun dgn mesra tak lepas-lepasnya mengelus bibir memekku sambil mengecup-kecup puting payudaraku. Rupanya dia betul-betul terpesona oleh kebesaran buah dadaku. Lagi-lagi suara Ronny terdengar, "Yaa. . yaa. . ahh. . uhh. . ya tante, hampir tante. . aku mau keluar nihh. . ""Ya, ya, ya, keluarkan saja di mulutku, " kata Linda yang rupanya tak mau kalah dgn aku. "Emmhh. . ahh. . tantee. . aku keluarr. . , " erangan panjang terlepas dr mulut Ronny. Tapi bisa kupastikan Linda sedang sibuk dgn limpahan sperma pasangannya.

Tak ayal, mobilku pun jadi penuh oleh aroma sex. Aku sendiri, anehnya, merasa begitu bahagia dan sangat menikmati permainan yang nikmat ini. Tanpa terasa mobil yang kami tumpangi sdh berada di depan gerbang rumahku. Linda tiba-tiba bangkit dr kursi depan lantas bertanya kepadaku, "Eh, Teh Tarsih. . ini betul, serius. . gimana kalau suamimu ada di rumah?""Serius, dan memang aku ingin dia th, " jawabku tegas. "Yang bener?" tanya Linda lagi masih ragu. "Bener, ayo Ronny masuk saja jangan ragu-ragu, " kataku. "Baik, tante, " jawab Ronny sambil memasukan mobil. "Ya, nanti kita teruskan lagi permainannya, ya!" sambungku dgn suara menggoda. Mobil pun masuklah ke halaman rumah, langsung masuk garasi dan kami segera turun dgn pakaian masing-masing yang masih berantakan. Pakaianku basah di bagian depan karena terkena limpahan spermanya Alvin.

- Agen Poker
- Agen Domino
- Poker Online
- Domino Online


Bonus deposit 100% untuk Member baru dengan maksimal bonus Rp.30.000, ( Claim hanya 1x ) hanya dengan syarat yang sangat mudah yaitu TurnOver sebesar Rp.100.000 langsung bisa melakukan Withdraw
Buruan daftarkan diri Anda >> Daftar <<